Setelah bercerita mengenai asal usul surabaya yang merupakan legenda cerita rakyat surabaya kali ini admin akan bercerita mengenai Asal Muasal Selat Bali cerita ini merupakan cerita rakyat Bali oke deh langsung saja kita ke T...K....P.
Mohon Perhatian Dongeng Sebelum Tidur Segera Dimulai!!!!""""
Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang Begawan yang berjudul Sidi Mantra. Beliau ini adalah seorang Begawan yang memiliki budi pekerti yang luhur dalam pengetahuan agamanya dan sangat di segani oleh masyarakat di sekitarnya ( lengket dong ). Beliau memiliki seorang putra yang di berinama Manik Angkeran. Karena di tinggal mati oleh ibunya saat dia masih kecil Manik Ankeran tumbuh menjadi seorang pemuda yang berandalan, pekerjaanya sehari-hari hanyalah berjudi dan sambung ayam.
Begawan Sidimantra sudah berkali-kali menasehati agar dia meninggalkan kebiasaan buruknya namun Manik tetap membandel ( slekethep......). Karena kelakuan anaknya inilah lama kelamaan kekayaan Begawan Sudimantra semakin hari semakin surut dan akhirnya jatuh miskin. tetapi Manik tetap saja tidak mau meninggalkan kebiasaan buruknya ini.
Suatu hari Manik menemmui ayahnya. Dengan nada sedih dan memelas ia memohon kepada ayahnya agar sudi membayar utang-utang karena selalu kalah bermain judi. ia kebingungan karena selalu di kejar-kejar oleh orang-orang yang mennghutanginya.
"ayah handaku yang baik hati yang suka menolong dan tidak sombong tolonglah anakmu ini tolong bayar utang-utang judi aku ayaaaaaah"
karena Manik adalah anak satu-satunya maka Begawan Sidimantrapun merasa iba dan kasihan iapun berjanji akan membayar semua utang-utangnya.
Dengan kekuatan batinya, Begawan Sidimantra mendapatkan petunjuk bahwa diseb uah Gunung Bernama Gunung Agung yang terletak di ujung timur terdapat harta yang sangat melimpah. kemudiaa..........
Berangkatlah Begawan Sidimantra kearah timur sambil membawa genta pemujaanya.
Setelah tiba dipuncak Gunung Agung, Begawan Sidimantra muali menguncap mantra sambil membunyikan gentanya (hwes hewes hewes hewes) thuauuuuuuuung thuauuuuuuuung thuauuuuuuuuung. Tak lama kemudian munculah seekornaga yang besar yang berjudul Naga Besukih ( herrrrrrrrrrrrrrrrrrr pahpoh pahpoh )
"Hai, Begawan Sidimantra, apa keperluanmu membangunkan tidurku?"
"Nganu ( alah opo kuwi ) hem hem hem ketahuilah sang Naga Besukih, kekayaanku di habuskan oleh anaku untuk berjudi. Sekarang utangnya menumpuk dan di kejar-kejar oleh orang tempatnya berutang. Bantulah aku agar bisa membayar utang anaku!"
"Okelah kalo begitu, Begawan akan aku bantu tetapi nasehatilah anakmu agar berhenti berjudi. karena menurut agama berjudi adalah pekerjaan nista".
Begawan Sidimantrapun menyanggupi segala nasehat Naga Besukih. Dengan menggetarkan tubuhnya" keluarlah emas dan permata dari sisik sang Naga Besukih ( wuawwwwww ).
"Ambilah itu Begawan Sidimantra !""" jangan lupa 25% milik anak yatim, bayarlah utang-utang anakmu. Ingak....ingak.....ingak. Jangan lagi kau biarkan anakmu berjudi.
Setelah mengambil semua emas dan intan yang di berikan oleh Naga Besukih sang Begawanpun kembali pulang, semua hutang-hutang anaknya dibayar, seraya menasehati anaknya agar tidak berjudi lagi.
Tetapi dasar bocah semprul slekethep Manik Angkeran tetap melakukan kebiasaan buruknya dia terus berjudi sehingga tak berapa lama utang manikpun menumpuk kembali. Seperti biasa dengan raut muka memelas dan dengan nada yang sangat sedih dia kembali meminta ayahnya untuk membayar hutang-hutangnya. Meskipun Begawan Sidimantra kesal tetapi akhirnya dia kembali menemui Naga Besukih untuk meminta bantuan.Seperti biasa setelah membaca mantra dan menabuh gentanya Naga Besukihpun muncul di hadapanya.
"Begawan Sidimantra, ada apa lagi kamu memanggil aku?"
"Aduh sang Besukih sahabatku, sekali lagi aku minta tolong agar aku bisa membayar utang-utang anaku, aku sudah tidak punya apa-apa lagi sementara utang anaku terus menumpuk, semua nasehatku tidak dihiraukanya".
"Ternyata anakmu itu telah membangkang. Dia tidak punya rasa hormat pada orang tuanya. Untuk kali ini aku membantumu. tetapi bantuanku ini adalah untuk yang terakhir karena stok emas dan permataku sudah mau habis di samping itu harga emas semakin hari semakin melambung tinggi setelah ini akku tidak bisa membantumu lagi."
Setelah menggerakan tubuhnya, keluarlah emas dan permata dari sisik Naga Besukih. Begawan Sidimantrapun mengumpulkan emas dan permata itu lalu mohon diri.
Setelah sampai dirumahnya Begawan Sidimantra segera melunasi utung piutang anaknya. Manik merasa heran melihat ayahnya dengan mudah mendapatkan harta yang melimpah.
"deady ..... eh ayah, dari mana ayah mendapatkan harta sebanyak itu?"
"Sudahlah, Manik, tak usah kau tanyakan dari mana ayah mendapatkan semua harta itu, berhentilah berjudi karena berjudi adalah pekerjaan yang hina. jika kamu punya utang lagi ayah tidak akan membantumu lagi ini adalah bantuan ayah yang terakhir."
Lagi-lagi utang Manik Angkeran kembali menumpuk, ia bingung mau minta bantuan ayahnya dia tidak berani oleh karena itu ia bertekat mencari sumber harta itu sendiri. Dari beberapa orang kawanya ia mendapat keterangan bahwa Begawan Sidimantra mendapat kekayaan dari sebuah Gunung di sebelah timur yang bernama Gunung Agung. Kemudian Manik pun bedrangkat menuju timur sselah mencuri genta milik ayahnya. Sesampainya di Gunung Agung Manik pun membunyikan genta milik ayahnya. Naga Besukih merasa terpanggil oleh bunyi genta itu, tetapi dia merasa heran tidak mendengar mantra yang di ucapkan. Sang Naga Besukih segera muncul. Di lihatnya Manik Angkeran datang membawa genta miliki ayahnya.Melihat hal itu Naga Besukih sangat marah.
"Hai manik, ada apa kamu memanggil aku dengan genta ayahmu?"
"Sang Naga Besukih, aku menghadapmu untuk memohon bantuan memberikan harta untuk membayar hutang-hutangku. kalo kali ini aku tidak membayar hutangku aku akan di bunuh.Kasihanilah aku" kata Manik dengan nada sedih.
Naga Besukihpun merasa kasihan melihatnya. Ia pun bersedia membantu Manik Angkeran. Setelah memberikan nasehat panjang lebar Naga Besukih pun membalikan tubuhnya untuk mengambil harta yang akan di berikan kepada Manik. Pada saat itu ekor Naga Besukih masih berada di permukaan tanah, sedangkan kepala dan tubuhnya masuk kedalam bumi.
Melihat ekor Naga Besukih penuh dengan intan dan berlian yang besar-besar timbullah niat jahat Manik. Ia menghunus keris dan memotong ekor Naga Besukih. Naga Besukih meronta dan membalikan tubuhnya. Akan tetapi Manik telah pergi. Naga Besukih mengejar Manik Angkeran, tetapi tidak di jumpai. Yang dijumpai hanyalah bekas telapak kakinya. Dengan kekuatan yang luar biasa, Naga Besukih membakar telapak kaki Manik Angkeran. Manik Ankeran yang sedang berada dalam perjalanan merasakan tubunya tiba-tiba panas lalu rubuh dan hangus menjadi abu.
Sementara itu di rumah Begawan Sidimantra gelisah karena anaknya menghilang. Genta pemujaanya pun tidak ada di tempatnya.Sang Sidimantra dapat memastikan yang mengambil gentanya adalah anaknya sendiri.Iapun memastiakn bahwa anaknya pergi ke Gunung Agung untuk mencari harta.
Seketika itu juga Begawan Sidimantra berangkat ke Gunung Agung. Sesampainya disana, dilihatnya Naga Besakih sedang berada diluar istananya. Dengan tergesa-gesa Sidi Mantra menegur Naga Besakih.
"Hai sang Besakih adakah anaku Manik Angkeran datang kemari?"
"Ya, ia telah datang untuk meminta harta guna melunasi hutang-hutangnya. tapi saat aku membalikan tubuhku hendak mengambilkan harta untuknya dia malah memotong ekorku karena tergiur dengan intan berlian besar yang ada di ekorku. Aku telah membakarnya hingga musnah, Karena anakmu tidak tahu membalas budi. Sekarang apa maksud kedatanganmu Sidi Mantra?"
"Maafkanlah aku Sang Besakih! Anaku cuma satu. karena itulah aku mohon kepadamu agar anaku di hidupkan kembali".
"Demi persahabatan kita aku akan memenuhi permintaanmu, tetapi aku minta ekorku di kembalikan seperti hsemula."
"Baiklah, akupun akan memenuhi permintaanmu." Dengan mengerahakan kekutan batin masing-masing, Manik Angkeran pun hidup kembali. Demikian ekor Naga Besakihpun kembali seperti semula.
Setelah memberi nasehat panjang lebar kepada anaknya Begawan Sidimantra pulang kembali tetapi Manik Ankeran tidak boleh ikut serta. Ia tetap tinggal di Gunung Agung karena sudah sadar dengan kesaalahanya, Manik Angkeran tunduk kepada perintah orang tuanya.
Ketika Begawan Sidimantra tiba di sebuah tanah genting, ia menorehkan tongkatnya ketanah. Seketika bekas torehan itu bertamabh lebar dan air laut naik menggenanginya. Kemudian menjadi sebuah selat, yang sekarang disebut Selat Bali.
Jumat, 06 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar