Perjanjian Yang Dilanggar, perjanjian damai antara kaum musrikin Quraisy dan kaum muslimin di madinnah maupun yang masih tinggal di mekah telah lama berjalan dengan baik.kaum muslimin di mekah sangat menghormati isi perjanjian itu.
Walaupun terkadang kaum musrikin ada saja ulahnya untuk menghina kaum muslimin,namun kaum muslimin tetap menjaga sikap mereka untuk menghormati rasulullah saw.
Keadaan tersebut masih berlangsung sampai pada suatu hari terjadi keributan antara dua kabilah yaitu kabilah Bakar yang masish kafir dengan kabilah Khuza'ah yang kebanyakan telah masuk islam.
Kejadian itu di awali dengan senandung seorang dari kabilah Bakar yang isinya sangat menghina merendahkan Rasulullah saw.Hal itu di lakukan di depan kabilah khuza'ah dengan berulang-ulang.kabilah Khuza'ah mendiamkan saja dengan harpan orang-orang dari kabilah Bakar akan menghentikan senandung itu.Demi terciptanya kelanggengan perjanjian,mereka tak acuh saja.
Namun,orang-orang kabilah Bakar sedang menanti reaksi pendengaranya.Kalimat sindiran yang di lagukan itu terasa panas menusuk hati kabilah Khuza'ah langsung datang ke kabilah bakar dan meninju orang yang sedang bernyanyi itu,hingga orang itu terjungkal.Lalu orang yang mmeninju itupoun kembali dengan girangnya.Orang kabilah Bakar merasa di coreng mukanya,lalu melapor kepada pemimpin suku Quraisy,sementara orang dari kabilah Khuza'ah tidak mengetahui akan hal itu.
Perlakuan malu itu menybabakan kabilah Bakar mengirimkan Algojo-algojo untuk menghabisi orang-orang Khuza'ah yang tidak menyangka akan kedatangan algojo itu.ketika dengan pedang terhunus,mereka terkejut,akan tetapi karena keadaan kabilah Khuza'ah yang lemah itu tidak kuasa menahan serangan hingga sekoyong-koyong mereka di habiskan oleh kabilah Bakar.
Penganiayaan ini benar-benar perbuatan zalim,Tetapi naifnya,mereka hanya bisa menangisi,dan meratapi nasib yang memilukan saat lebih dari dua puluh kepala-kepala dari kabilah Khuza'ah di pancung sia-sia oleh kabilah Bakar.
Akhirnya kabilah Khuza'ah mencoba mengadu kepada Rasulullah mengingat dahulu Rasulullah akn melindungi dan membela hak-hak kaum muslimmin yang ada di mekah!maka,keputusan telah bulat dan mereka terpaksa melapor kepada Rasulullah saw.
Utusan yang terpilih untuk menghadap Rasulullah adalah Amru bin Salim al-Khuza'i.ia brangkat ke madinah di temani beberapa orang.Setibanya di madinah,iapun menceritakan atas perjanjian damai kaum muslimin telah di khianati oleh kaum musrikin.
"Aku akan membela kamu sebagaimana aku melingdungi diriku sendiri,"kata Rasulullah.Menyadari kekuatan yang ada pada kaum muslimin sekarang itu,akhirnya kabilah Bakar dan kaum musrikin kesalahanya dalam melanggar perjanjian yang mereka lakukan.
Namun,peristiwa sudah terjadi,tetapi dengan kemurahan hati Rasulullah saja yang mereka harapkan bisa menjernihkan suasana.Hal ini justru meresahkan kalangan Quraisy dan kabilah Bakar.Kegelisahan juga ketakutan itu di tunjukan kepada pelaku pembantaian.
Jalan satu-satunya untuk menghindari bentrokan dengan kaum muslimin yang kini telah berlipat ganda jumlahnya,adalah dengan menemui Rasulullah dan meminta kebijaksanaan lain dari beliau.Mereka segera mengutus Abu sufyan untuk menemui beliau dan merundingkan kemungkinan untuk memperbarui perjanjian tersebut.
Sesampainya Abu sufyan di madinah,ia tidak langsung menemui Rasulullah,namun mampir dulu kerumah putrinya ia melihat sebuah tikar yang terhampar di lantai dan ia bermaksud untuk menduduki tikar tersebut.Namun buru-buru Ummu Habibah melipatnya dan berkata,"Tikar ini adalah tikar Rasulullah,sedangkan ayah masih kafir,"kata Ummu Habibah.
Mendengar kata-kat putrinya yang terasa menyakitkan itu Abu sufyan berkata ,"Hai putriku,apakah engkau dengki kepadaku?Apakah engkau tidak suka aku duduk di atas tikar tersebut?"
"Tikar ini milik Rasulullah,Ayah,"jawab Ummu Habibah lagi."Sedangkan,ayah masih dalam keadaan musrik!"
Abu sufyan marah dan berkata dengan ketusnya,"sejak kamu jauh dariku,ternyata sifat jahat telah bersarang di hatimu!"Lalu Abu Sufyan meninggalkan rumah putrinya untuk menemui Rasulullah yang ketika itu sedang berada di masjid.Begitu berjumpa dengan Rasulullah,Abu Sufyan meminta kepada Rasulullah untuk mengubah isi perjanjian tersebut tanpa memberitahukan peristiwa sesungguhnya yang terjadi antara Kabilah Bakar dan Kabilah Khuza'ah.
"Adakah peristiwa hangat yang telah terjadi?"tanya Rasulullah."Tidak ada,"jawab Abu Sufyan berbohong."Kalau bgitu,perjanjian tidak perlu di ubah dan tetap sesuai dengan perjanjian semula!"kata beliau tegas.Kegagalan ini membuat Abu Sufyan menghubungi para sahabat beliau untuk membujuk Rasulullah supaya mau mengubah isi perjanjian itu.Namun,tidak ada satupun sahabat yang menolong Abu Sufyan.
Terakhir,ia mendatangi rumah Ali dan Fatimah untuk usaha yang sama.Namun,tidak di sangka,Ali bin Abi Tholib malah mengusirnya untuk kembali secepatnya ke mekah sebelum orang-orang dari kaum muslimin mengejar dan mengeroyoknya,maka,Abu sufyanpun segera bergegas kembali pulang ke negerinya.
Dimekah,ia di curigai kaumnya bahwa ia telah memeluk islam sehingga ia menuju sederetan berhala untuk penyembahan kepada yang biasa di pujanya itu.Hal itu untuk membuktikan bahwa ia tidak terpengaruh oleh pertemuanya dengan muhammad.Abu sufyan berharap agar kaum Quraisy masih mempercayai dirinya sebagai kepentingan mereka.
Akan halnya suasana dengan di medinah,se kembalinya Abu sufyan ke mekah,Rasulullah segera mempersiapkan pasukan bersenjata secara diam-diam.Kepada Abu Bakar,beliau mengatakan bahwa beliau akan memasuki kota mekah dengan pasukan bersenjata.Oleh karena itu,tidak seorangpun yang mengetahui dari pasukan yang mengetahui tujuan mobilitas tersebut.
"Apakah kita akan terikat janji dengan mereka?"tanya Abu Bakar.Maka Rasulullah hanya menjawab,"Mereka telah mencabik-cabik perjanjian."Namun persiapan-persiapan pengumpulan pasukan jelas tidak bisa di sembunyikan lagi.Hal itu pula oleh seorang sahabat yang bernama Habib bin Abi Baltha'ah.Habib bin Baltha'ah segera menulis surat yang akan di bawa oleh seorang wanita di dalam sanggunya.Surat tersebut menyebutkan bahwa kaum muslimin akan menyerang mekah.
Tindakan Habib bin Ali Baltha'ah di ketahuai oleh Rasulullah.padahal,sebelumnya tidak ada yang tahu kecuali dirinya dan wanita tersebut.Rasulullah segera menyuruh Ali bin Abithalib,Zubair bin Awwam,dan Miqdad untuk memburu Wanita itu dan merampas suratnya.
Ketika berjumpa dengan wanita tersebut,mereka segera meminta surat secara baik-baik,tetapi wanita itu tidak mengakui."Aku tidak membawa surat........!"katanya.
Akhirnya,Ali memaksa dengan mengancam jika surat itu tidak diberikan,ia akan di telanjangi.Mendengar ancaman Ali,wanita tersebut mengambil surat yang di taruh di dalam sanggulnya.Kemudian,surat tersebut di bawa ke hadapan Rasulullah dan beliau menyuruh salah seorang sahabat untuk membacakanya.
Mengetahui isi surat yang begitu berbahaya,Rasulullah memanggil Habib bin Abi Baltha'ah untuk di adili."Apa tujuan kamu menulis surat itu?"tanya Rasulullah kepada Habib.
"Wahai Rasulullah,aku mohon jangan lah tergesa-gesa menghukumku.Aku ini masih terikat persahabatan dengan orang-orang Quraisy,meskipun aku bukan orang yang di pandang di lingkungan mereka.Orang-orang Muhajirin yang bersebelahan dengamu kebanyakan memiliki kerabat yang mampu membentengi keluarga mereka,sedang aku tidak punya kerabat yang melindungi diriku,"katanya.
"Oleh sebab itu aku beritahu para tokoh Quraisy.Barang kali dengan jasaku ini mereka menimbanginya dengan kebaikan untuk mendinginkan.Aku berbuat demikian bukan berarti aku mencampakan agama islam yang telah menjadi pilihanku dan bukan pula aku rela terhadap kekufuran yang pernah aku jalani,"demikian jawab Habib.
Mendengar jawaban dari Habib Baltha'ah,Rasulullah akhirnya berkata,"Dia berkata benar."
Senin, 01 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar