Kamis, 09 Februari 2012

Legenda Batu Menangis

dunia mono

Disebuah bukit terpencil hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya, anak gadis janda itu memiliki   wajah yang sangat cantik jelita tetapi sayang ia memiliki perilaku yang sangat buruk ia pemalas dan tak pernah mau membantu ibunya dan melakukan pekerjaa-pekerjaan rumah yang ia lakukan tiap hari hanyalah bersolek.

Tidak hanya itu saja selain pemalas anak ini juga sangat manja sekali. Semua permintaanya harus selalu di turuti dan harus di kabulkan tanpa memikirkan keadaan ibunya yang miskin yang setiap hari harus bekerja keras untuk mencari makan.

Nah ..... pada suatu hari ia diajak ibunya turun kedesa untuk berbelanja. Letak pasar di desa itu sangatlah jauh dan melelahkan. Anak gadisnya berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang sangat bagus dan bersolek agar orang di jalan yang melihatnya akan mengagumi kecantikanya. Sementara itu ibunya berjalan di belakangnya sambil membawa keranjang dengan pakaian yang dekil dan kumal. Karena mereka hidup di tempat yang terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua orang yang berjalan itu adalah seorang ibu dan anak.

Ketika mereka memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka sangat terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutam para pemuda desa itu, salah seorang pemuda yang sedang memerah susu sapi sampai tak berkedip memandang kecantikan gadis itu sambil berjalan menuju kesalah seekor sapi yang hendak di perahnya, dia pun duduk berjongkok disamping seekor sapi tetapi matanya tetap kearah gadis cantik itu diapun memerah sapi yang ada didepanya tetapi tiba-tiba sapi itu berteriak keras ... "muuuuuuuuuaaaaaaaaah" pemuda itupun kaget bukan kepalang dia baru sadar ternyata sapi yang di perahnya adalah seekor sapi jantan .

"Hai gais cantik mau kemana nih".
"Mau kepasar bang mo beli cendol" ( huuuuuueeek)
"Eh yang di belakang kamu itu siapa ibumu ya"
"yeeee....bukan lah yaw itu pembantuku" jawabnya dengan angkuh
"ko mirip ya"


Begitulah seterusnya tiap kali gadis itu bertemu dengan seseoreang di sepanjang jalan yang menanyakan tentang ibunya jawabanya selalau begitu ibunya perlakukan sebagai pembantu atau budaknya. ( sungguh ter la lu )

Sang ibu hanya bisa bersabar dan menahan diri mendengar jawabn putrinya yang durhaka itu tetapi setelah berulang kali mendengar jaewaban yang sama akhirnya sang ibu tak  bisa lagi menahan kelakuan anaknya yang sangat menyakitkan hati. Dalam hati ia berdoa:

"Ya, Tuhan, hamba tak kuat lagi menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba demikian rupa. Ya, Tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia ........... Ya Tuhan  ( kasian sekali ibu ini jadi inget emak emaaaaaaaaak....)

Demikianlah sang ibu dengan hati yang sangat pedih memohon kepada Tuhan agar anaknya yang durhaka diberi hukuman, setelah itu langit yang tadinya cerah tiba-tiba berubah mendung dan  Jegeeeeeeerrrrr .....Jegeeeeeeeerrrrr  (wadaw... kaget aku mau ada petir ko ya ga bilang-bilang di skenariokan ga ada petir segala) terdengar suara petir dan suara angin wuuuuuuuuuuuuuuuus...... wuuuuuussssss .... (awas itu yang pake rok tar terbang)

 Keeeeemuuuuuuudian................

Atas kekuasaan tuhan Yang Maha Esa tiba-tiba secara berlahan tapi pasti tubuh gadis durhaka itu berubah jadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki ketika perubahan itu mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memahon ampun kepada ibunya.

"Oh ibu.....ibu ampunilah aku , ampunilah kedurhakaanku selama ini. Ibu ....... ibu...... ampunilah aku bu......"


Dia terus meratap dan menangis memohon ampun kepada ibunya. Akan tetapi, semua telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu tetapi orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikan air mata, seperti sedang menangis. Oleh sebab itulah masyrakat disekitar situ menyebutnya "Batu Menangis"

Nah...... sobat-sobat seberapa buruknya ibu kita kita harus tetap menghormatinya karena Dialah yang telah melahirkan kita dengan bertaruh nyawa merawat dan mendidik kita hingga dewasa agar kita lebih baik darinya, mencari nafkah tak kenal lelah demi kita anaknya.

0 komentar:

Posting Komentar