Berjalan dengan lamban, dua orang lelaki muncul dari tikungan jalan, mantel mereka tersampir di atas lengan mereka dan wajah mereka merah, basah oleh keringat. Mereka bercakap-cakap dengan nada ramah bersahabat, tampaknya mereka adalah sahabat karib. Tidak jauh di belakang mereka berjalan seekor beruang hitam besar. Kepalanya yang besar bergoyang dan dia menciumi jejak kaki mereka.
Ketika jalan itu menikung lagi, seorang diantara dua laki-laki itu melihat beruang itu mengintai mereka. Ia berteriak, dan melupakan kawannya, ia lari ke sebuah pohon yang terdekat. Seperti monyet, ia melompat ke batang pohon dan naik hingga ia merasa aman di atas dahan yang lebih tinggi.
Tetapi kawannya itu seorang yang sudah tua dan tidak bisa menggapai dahan pohon itu. Menyadari dirinya ditinggalkan sendirian, ia lalu berusaha mencari tempat sembunyi. Ternyata jalan itu melintas di padang rumput yang luas, selain pohon itu tidak ada lagi tempat sembunyi. Dengan putus asa dia menjatuhkan dirinya ke tanah, jatuh tertelungkup. Dia terbaring tanpa bergerak, menahan nafasnya, pura-pura mati.
Beruang itu menyentuhnya dengan hidungnya yang dingin dan menggeram seperti suara motor di telinganya. Waktu seperti berhenti. Akhirnya, beruang itu menganggapnya telah mati, lalu melangkah pergi.
Si lelaki yang lebih muda, berbaring di tulang rusuknya di atas dahan, mengamati ketika semua itu terjadi. Ia juga dengan menahan nafasnya. Ketika beruang itu telah pergi, ia lalu melompat turun ke tanah.
"Rahasia apa yang dibisikkan beruang itu di telingamu?" tanyanya penasaran.
"Beruang?" kata si lelaki yang lebih tua, jantungnya masih berdebar keras. "Oh, ia memperingatkan saya agar berhati-hati berkawan dengan lelaki yang meninggalkanmu dalam bahaya dan bahkan tidak mencoba menyelamatkanmu."
Terjemah bebas dari : The Two Friends and the Bear , Richards Topical Encyclopedia. 1951
Pesan dari cerita ini adalah : carilah kawan yang setia dalam suka maupun duka.
0 komentar:
Posting Komentar