Tetua para kelinci kemudian naik ke atas tunggul pohon mati. Berdiri di kaki belakang mereka, para tetua itu lalu berbicara bergiliran dengan lantang. Semua kelinci lain diam memperhatikan.
"Para tetua, kakek-nenek, bapak-ibu para kelinci yang saya hormati! Pemuda-pemudi, cucu-cicit para kelinci yang saya sayangi! Hari ini kita akan membuat sejarah! Khususnya untuk seluruh umat kelinci dan umumnya untuk semua binatang di hutan ini! Sudah saatnya kita bangkit dari penindasan dan ketidakadilan. Sejak dari nenek moyang kita dan sudah seumur hidup kita, kita hidup dalam ketakutan. Hidup tertindas, bersembunyi di dalam liang yang gelap, gemetar ketakutan! Sekaranglah saatnya kita bertindak!" seekor tetua kelinci berpidato panjang.
"Benar!" timpal tetua yang lain. "Semua binatang di hutan ini harus hidup dengan setara. Saling menghormati dan tidak saling menindas. Semua harus bebas dari ketakutan!"
Seluruh keluarga besar kelinci bersorak sorai. Dan semua itu pidato dan keramaian itu terdengar dengan jelas dari dalam gua tempat tinggal singa. Singa sedari tadi duduk diam mendengarkan semua celoteh para kelinci. Lalu dia berdiri tegak dan menegakkan surainya. Ia mengaum dengan lantang seperti halilintar dari dalam gua. Suaranya menggema ke seluruh penjuru hutan. Semua binatang mendadak gemetar ketakutan.
"Grrrrrrrrrrr! Hei para kelinci! Kata-kata kalian memang bagus sekali, tapi kalian tidak punya gigi yang tajam dan cakar yang besar seperti kami!"
Mendengar suara singa menggelegar dari dalam gua, semua keluarga besar kelinci lari tunggang langgang mencari liang untuk sembunyi dan mereka tidak keluar hingga berhari-hari..
Terjemah bebas dari : The Hares and the Lion, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini adalah : niat baik saja tidak cukup, harus dengan usaha dan kerja keras.
0 komentar:
Posting Komentar