"Tuan penebang kayu," sapa rubah kepada penebang kayu. Nafasnya tersengal-sengal. "Mohon bantu aku! Adakah tempat sembunyi di sekitar sini? Selamatkan aku dari kejaran anjing pemburu!"
"Sembunyilah di dalam pondokku," penebang kayu menunjuk ke arah pondok.
Rubah itu segera lari ke dalam pondok, lalu merangkak bersembunyi di sudut pondok yang gelap.
Tak lama pemburu tiba dengan anjing-anjingnya.
"Selamat siang Penebang Kayu!" sapa si pemburu. "Apakah kamu melihat ada rubah yang berlari lewat sini?"
"Tidak, aku tidak melihatnya," jawab penebang kayu. Tapi sambil menjawab, penebang kayu itu terus-menerus menunjuk ke arah pondok tempat rubah bersembunyi, memberikan isyarat kepada pemburu.
Pemburu itu tidak mengerti isyarat yang diberikan penebang kayu, malah ia percaya pada kata-katanya. Segera ia pergi dari tempat itu untuk mencari rubah buruannya.
Begitu pemburu dan anjing-anjingnya pergi, rubah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia bersiap lari ke arah yang berlawanan tanpa menghiraukan si penebang kayu.
"Hai kamu! Dasar tidak tahu terimakasih!" teriak si penebang kayu. "Kamu berhutang nyawa padaku, tetapi kamu malah mau kabur tanpa mengucapkan terimakasih!"
Rubah itu menjawab,"Tentu saja aku harusnya berterimakasih padamu, jika saja perbuatanmu sebaik perkataanmu, dan jika tanganmu tidak berlawanan dengan mulutmu!"
Terjemah bebas dari : The Fox and the Woodcutter, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini adalah : kadang-kadang kita akan menemui orang yang kata-katanya tidak sesuai dengan perbuatannya.
0 komentar:
Posting Komentar