Senin, 29 April 2013

Kenapa Aku Tidak Dapat Hidayah? Bag.2

Saya ingin bercerita tentang masa lalu, belum terlalu lama tapi sudah samar-samar dalam ingatan. Terlalu sayang untuk dibiarkan mengendap menjadi kerak. Menuliskannya membantu mengaduk isinya, mengapungkan memori itu ke permukaan, dan mudah-mudahan menjadi bermanfaat.  

Setting kejadiannya masih sama. Kami bertiga saja yang masih tertinggal dalam ruangan kantor yang padat terisi komputer kerja. Jam pulang kantor sudah lama terlewati, hari sudah menjelang malam. Rekan kerjaku, anak buahku yang gila kerja duduk manis bekerja di pojok ruangan, mendengarkan pertanyaan-pertanyaan yang seringkali aku jawab sendiri.
Topiknya kali ini adalah "Bagaimana nasib orang indian dan aborigin?" Sebenarnya aku mengurusi diriku sendiri saja belum becus, lalu apa urgensinya mengurusi nasib mereka? Tapi pertanyaan ini tiba-tiba mendesak-desak keluar dari kepalaku. Topiknya bukan tentang pembasmian suku indian di tanahnya sendiri (di abad yang lalu) oleh negara penjunjung hak asasi manusia nomor wahid, The United States of America. Bukan pula tentang pengucilan suku aborigin di negara tetangga, di Commonwealth of Australia. Mereka kaum yang diperlakukan semena-mena oleh suku yang lebih perkasa. Menderita ketidakadilan, tertindas semasa hidup di dunia.
Yang aku pertanyakan adalah, bagaimana nasib mereka setelah mati? Aku orang yang percaya adanya "sesuatu" setelah mati, setelah morts, muerto, morti, morto, dead, dood, tot! Sesudah jantung berhenti berdenyut, otak berhenti beraktivitas selamanya, aku yakin urusan masih belum selesai. Sungguh tidak masuk akal rasanya jika wafatnya seorang ustadz sama kualitasnya dengan matinya seorang maling. Aku percaya adanya balasan yang setimpal untuk apa yang kita lakukan selama hidup. Orang baik masuk surga, tidak baik masuk neraka. Aku percaya keadilan.
"Baik" itu, menurut aku, setali tiga uang dengan "taat aturan". Anak baik taat aturan orangtua, dan sebaliknya anak nakal adalah anak tidak taat aturan. Anak baik dapat hadiah, anak nakal dapat hukuman. Berbuat baik dapat pahala, berbuat tidak baik adalah dosa. Persoalannya adalah kita bisa saja berbuat "tidak baik" karena tidak tahu aturannya. Contoh : di negeri Iran, kita bisa bernasib apes jika mengacungkan jempol, karena di belahan dunia itu, acungan jempol berarti saru alias cabul. Padahal kita cuma mau bilang, "Kamu hebat!". 
Sekarang coba bayangkan satu kaum di sudut dunia, di tempat terpencil, negeri antah berantah yang tidak mengerti aturan, aturan Tuhan yang telah diajarkan kepada kita oleh orangtua kita, guru ngaji kita, para ustadz, para ulama, para nabi yang kita kenal. Nah, setelah mati mereka akan pergi ke mana? Tentu saja mereka adalah orang-orang yang "tidak taat aturan" karena tidak tahu aturannya. Sudah tentu mereka "tidak baik", dan orang yang tidak baik pada akhirnya akan tinggal di... neraka! Otak-atik logika, jungkir-balik rasio, dan kesimpulannya : "Dimana keadilan Tuhan!?"
Di malam itu, aku merenung. Aku benar- benar memerlukan hidayah.
Dan petunjuk ke jalan yang benar itu begitu saja terhampar di benakku. Sekarang aku paham. Aku paham kisah Ibrahim. Cerita zaman dahulu kala yang diabadikan dalam kitab suci. Kisah seorang anak yang bertanya pada bapaknya tentang Tuhan. Yang tidak bisa memperoleh jawaban dari sang ayah dan seluruh kaumnya. Lalu, ia sendiri yang melangkahkan kaki, menggunakan akalnya untuk mencari jawaban.
Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin."   
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."
Demikianlah. Kisah seorang anak manusia yang hidup di tengah masyarakat yang tidak tahu aturan Tuhan. Tapi tidak seperti yang lain, ia tidak menerima begitu saja aturan kaumnya. Aturan nenek moyang yang sudah berurat berakar. Ia melangkah sendiri mencari jawaban untuk pertanyaannya. Kisah yang abadi dalam kitab suci ini ternyata bukan hanya dongeng orang-orang terdahulu. Aku menyadari sekarang, ini adalah jawaban untuk pertanyaanku malam itu, jawaban untuk masa kini dan masa mendatang. Pasti ada "Ibrahim" yang lain dalam suku-suku, kaum-kaum yang terpencil, yang tersebar di sudut-sudut dunia yang jauh dari peradaban.
Inilah keadilan Tuhan. Siapa pun manusia, di mana pun ia berada, bagaimana pun keadaannya, selama mau menggunakan akalnya (anugerah yang Tuhan berikan untuk manusia) untuk memahami aturan Tuhan, maka ia pasti akan mendapatkan keadilan.
Malam itu, aku ucapkan di hadapan dua rekanku, "Sekarang aku mengerti." Bayangkan... umur sudah kepala tiga dan baru sekarang aku mengerti. Kemana aja? Where have you been, man!? Dengan pemahamanku yang terbatas, mungkin memang baru sekarang saatnya, semoga belum terlambat.
Mudah-mudahan pemahamanku ini tidak yang menyimpang dari jalan yang lurus. Mohon bimbing aku Tuhan!

Yang masih tertatih-tatih,
Raqim

Teruntuk almarhum ustadz Jeffry Al Buchori Modal bin M. Ismail Modal

"Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari keluarganya, gantikan untuknya isteri yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka."

Referensi :
http://www.alquran-indonesia.com
http://www.rumahfiqih.com
http://en.wikipedia.org  

Kembali ke halaman utama
READ MORE - Kenapa Aku Tidak Dapat Hidayah? Bag.2

Kenapa Aku Tidak Dapat Hidayah? Bag.1

Saya ingin bercerita tentang masa lalu, belum terlalu lama tapi sudah samar-samar dalam ingatan. Terlalu sayang untuk dibiarkan mengendap menjadi kerak. Menuliskannya membantu mengaduk isinya, mengapungkan memori itu ke permukaan, dan mudah-mudahan menjadi bermanfaat. 

Jam pulang kantor sudah lama terlewati, hari sudah menjelang malam, tapi aku masih saja asyik beradu argumentasi. Rekan kerjaku, anak buahku yang gila kerja duduk manis bekerja di pojok ruangan, mungkin mendengarkan ocehan yang sebagian besar keluar dari mulutku. Kami bertiga saja yang tertinggal dalam ruangan padat terisi komputer kerja.
Topik debatnya sederhana tapi panas, panas untukku. Bukan debat tentang pekerjaan. Waktunya sudah cukup menyita 8 jam waktu kami hari itu. Topik masalahnya adalah, "Kenapa Aku Tidak Dapat Hidayah?". Nah, siapa di antara kami bertiga yang tidak dapat hidayah?
Aku? Aku yakin aku orang yang baik. Tidak minum minuman keras. Tidak main perempuan. Tidak berjudi. Tidak mencuri. Dan juga sebaliknya. Tidak begitu religius. Tidak shalat tepat waktu. Tidak pandai berdoa. Tidak rajin mengaji. Tidak menabung untuk berhaji. Hapalan hanya 11 surat pendek, setara dengan rata-rata hapalan anak TPA umur 6 tahun. Jadi itulah aku menyimpulkan diriku sendiri untuk sementara : Orang baik. Tak lebih tidak kurang.
"Baik" itu, masih menurut pendapatku, hampir setali tiga uang dengan "taat aturan". Anak baik artinya anak yang taat aturan orang tua. Murid baik pasti ikut perintah guru. Warga yang baik pastinya ikut aturan main di kampungnya. Karyawan yang baik adalah yang turut arahan atasan. Pengemudi yang baik pasti taat aturan lalu lintas. Menteri yang baik selalu bilang, "...berdasarkan petunjuk dari bapak presiden...". Jadi kata kuncinya adalah "taat aturan", "turut atasan", "manut orangtua", "ikut petunjuk", "sesuai bimbingan" dan lain-lain yang sejenisnya.

Nah, ternyata di sinilah masalahnya. "Baik" itu, menurutku, ternyata ada tingkatannya. Aku adalah karyawan yang "sangat baik". Kenapa? Aku tahu karena setiap akhir tahun aku dinilai secara terbuka oleh pimpinan. Aku anak yang "baik" karena orangtua mengatakannya sendiri di hadapanku. Dan aku pengemudi yang "cukup baik". Kenapa? Dari puluhan aturan lalu lintas, aku sadar pernah melanggar beberapa aturan (ringan). Aku pernah parkir di tempat terlarang, tidak membawa SIM saat menyupir, menyerobot lampu kuning, naik motor tidak pakai helm dan lain sebagainya.
Tapi yang paling fatal, yang membuatku sewot, adalah akhirnya aku sadar bahwa penilaianku pada diri sendiri salah total. Aku ternyata adalah "orang religius yang tidak baik". Dan entah bagaimana itu rasanya jauh lebih buruk dibandingkan "orang baik yang tidak religius".
 Orang religius yang tidak baik, masih menurut pendapatku, adalah orang yang tidak "taat aturan". Aturan yang mana? Aturan siapa? Ya, tentu saja aturan Tuhan. Kalau mau lebih dibuat rumit lagi, "tidak baik" itu ada dua macam. Pertama : "tidak tahu aturan" alias berbuat tidak sesuai aturan karena tidak tahu, tidak mengerti ada aturannya. Kedua : "tidak mau diatur" alias walaupun tahu ada aturannya tapi tetap dilanggar. Nah, lebih fatal lagi, ternyata aku tipe "tidak baik" yang kedua alias "tidak mau diatur".
Singkatnya aku saat itu menyadari aku adalah orang yang "tidak mau diatur Tuhan".  Dan entah bagaimana itu rasanya jauh lebih buruk dibandingkan dengan "tidak tahu aturan Tuhan".
Sedari kecil aku mendapat didikan untuk mengetahui aturan-aturan Tuhan (walau mungkin hingga sekarang pun tidak tahu semuanya). Belajar mengaji, ikut madrasah sepulang sekolah, belajar budi pekerti di sekolah, membaca buku agama, dll. Tapi mengetahui tidak sama dengan mengerjakan. Perlu upaya yang lebih untuk mengerjakannya, apalagi jika tidak ada paksaan.
Mungkin inilah maksudnya dari sebuah ayat favorit ucapan para dai "Tidak ada paksaan untuk agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...".
Kembali ke cerita. Hidupku saat itu sedang baik-baik saja (yang berarti cukup sesuai dengan keinginanku). Mendekati lima tahun sudah aku mengais rezeki di sini, di sebuah perusahaan perdagangan. Penghasilan memadai, anak buah berdedikasi, pimpinan menghargai, istri mengasihi, anak menyayangi. Di sini terlarang berbuat curang, dan tidak berlaku curang adalah budaya perusahaan. Hampir ideal, kecuali.... omset perusahaan 20% lebih berasal dari khamr. Barang memabukkan, yang sayang disayang, dilegalkan oleh undang-undang untuk dijual-belikan. Barang yang dosanya lebih besar daripada manfaatnya, yang bahkan orang yang membawanya saja dilaknat oleh utusan Tuhan.
Di sinilah aku terombang ambing selama lebih dari empat tahun. Jika aku korban kapal karam yang terapung di samudra, empat tahun tak terselamatkan lebih dari cukup untuk membuat tubuhku tinggal kerangka di dasar lautan. Empat tahun adalah waktu yang terlalu lama untuk pencerahan. Tapi itulah yang terjadi. Tiba-tiba di malam itu, seperti halilintar, aku minta "hidayah", minta diberi petunjuk ke suatu jalan yang benar di hadapan dua saksi yang masih setia mendengar ocehanku.
"Tidak ada paksaan untuk agama..." Semuanya tergantung dirimu, ...kumaha maneh! ...sakarepmu! ...up to you!  "...sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat..."  
Terus terang aku gamang, penuh ketakutan. Meninggalkan pekerjaan yang mapan artinya tidak punya gaji, tidak punya status. Tidak ada gaji artinya tidak punya uang. Tidak punya uang, anak istri makan apa? Pakai apa bayar asuransi? Apalagi cicilan rumah belum lunas. Selama empat tahun semua pikiran itu menjadi hantu, tidak kasat mata tapi serasa menggelayut di pundak dan semakin lama semakin berat.
Tak berapa lama setelah hari itu, aku menyodorkan surat pengunduran diri (berjuta terimakasih untuk istriku tersayang yang telah mendukungku). Beribu terimakasih juga untuk kawan-kawan yang telah membujukku berbuat sebaliknya, dan para pimpinan yang malah menawarkan posisi sesuai harapanku (dulu). Terimakasih atas penghargaan mereka untukku, tapi sekali kata terucap pantang aku tarik kembali. Hanya satu yang aku sesali hingga hari ini, karena saat itu aku menolak tidak dengan rasa rendah hati, tapi dengan hati penuh kesombongan merasa berbuat benar. Ya Tuhan, ampunilah!
Tanggal 1 Hijriah, aku resmi mengundurkan diri, melangkah percaya diri menuju ketidakpastian. Semoga aku menjadi contoh sukses orang yang hijrah, bukan contoh yang gagal. Masa depan ada di hadapan, sudah saatnya untuk memulai hidup yang baru.

Yang masih tertatih-tatih,
Raqim     

Referensi :
http://www.alquran-indonesia.com    
http://www.eramuslim.com

Kembali ke halaman utama
READ MORE - Kenapa Aku Tidak Dapat Hidayah? Bag.1

Kamis, 18 April 2013

Dongeng Anak Sebelum Tidur

133 Dongeng Anak Sebelum Tidur

Belajar kebaikan, menemukan kebenaran, bisa didapat dari siapa saja, kapan saja, di mana saja, bahkan dari dongeng anak.

0. Manfaat Mendongeng : Prakata Untuk Pembaca
1. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Angsa Bertelur Emas
2. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Petani dan Burung Bangau
3. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pemimpin Kodok
4. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Tani dan Keledainya
5. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kambing dan Rubah
6. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Lonceng Sang Kucing
7. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pindahan Rumah Burung Pipit
8. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Burung Bangau
9. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Tikus
10. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Ilalang dan Pohon Mahoni
11. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Katak Yang Ingin Mengalahkan Lembu
12. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Gajah
13. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Tupai dan Raja Hutan
14. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rusa yang Terluka
15. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Gagak yang Sombong
16. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Teman-Teman Pak Kelinci
17. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kelinci dan Kura-Kura
18, Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Burung Bangau
19. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kuda dan Keledai
20. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Ayam
21. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anak Gembala yang Berteriak, "Serigala!"
22. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Si Kikir Kehilangan Emas
23. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Tikus Desa Pergi ke Kota
24. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Anjing Pak Tani
25. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Buah Anggur
26. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Harta Tersembunyi
27. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Burung Gagak
28. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Susu Tumpah
29. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa yang Sekarat
30. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah Kehilangan Ekor
31. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Kambing
33. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Burung Gagak dan Ibunya
34. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai Menyanyi
35. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kodok dan Bocah
36. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Banteng dan Tikus
37. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kekecewaan Serigala
38. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Ikan di Genggaman
39. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Dua Sahabat dan Beruang
40. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anjing dalam Jerami
41. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kura Kura dan Elang
42. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Tani dan Anak-Anaknya
43. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Biri biri
44. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Ayam Jantan dan Rubah
45. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Burung Elang dan Rubah
46. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Semut dan Jangkrik
47. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anjing Kehilangan Tulang
48. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Penasehatnya
49. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala Berbaju Domba
50. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Bagian Singa
51. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Matahari dan Angin
52. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Semut dan Merpati
53. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai Membawa Lukisan
54. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Bayangannya
55. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Pembelinya
56. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Tuannya
57. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Semut dan Kepompong
58. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kisah Androcles
59. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kera dan Dua Pengelana

60. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Anjing Kesayangan
61. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Serigala
62. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai berbaju Singa
63. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Otak Keledai
64. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Orang Tamak dan Orang Dengki
65. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Bocah Mandi
66. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Bocah dan Gula Gula
67. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Badut dan Orang Dusun
68. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Banteng dan Kambing
69. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Ayam dan Mutiara
70. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Gagak dan Kendi
71. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rusa di Tepi Sungai
72. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Merak dan Burung Bangau
73. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kodok dan Sumur
74. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kelinci dan Kodok
75. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kuda, Pemburu, dan Rusa Jantan
76. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pemburu dan Penebang Kayu
77. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pedagang dan Keledainya
78. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Tani dan Burung Bangau
79. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Ayam Jago dan Burung Elang
80. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pohon Jati dan Belukar
81. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Nelayan
82. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kutu dan Pak Tani
83. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Lalat dan Botol Madu
84. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Kucing
85. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Penebang Kayu
86. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Topeng
87. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rubah dan Monyet
88. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Nyamuk dan Banteng
89. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Nyamuk dan Singa
90. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Gembala dan Kambing Liar
91. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kelinci dan Anjing Pemburu
92. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Para Kelinci dan Singa
93. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rusa dan Semak Belukar
94. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kuda dan Penunggangnya
95. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pemburu dan Penunggang Kuda
96. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Gagak dan Rubah
97. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Babi Hutan
98. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa Jatuh Cinta
99. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa di Rumah Pak Tani
100. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Singa dan Patung Singa
101. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anjing, Ayam, dan Rubah
102. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Tani dan Dua Anak Gadisnya
103. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kijang di Kandang Lembu
104. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anak Sapi dan Lembu
105. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kuda dan Perawatnya
106. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anak Kambing dan Serigala
107. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Wanita Tua dan Tabib
108. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pencuri dan Pemilik Penginapan
109. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Tiga Pengusaha
110. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Anak Domba
111. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Penggembala Tua
112. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai, Ayam Jago, dan Singa
113. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Penebang Kayu dan Ular
114. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pedagang Patung
115. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Gembala dan Lautan
116. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Kutu dan Lembu
117. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Jangkrik dan Burung Hantu
118. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Rambut Palsu Singa
119. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Suami dan Dua Istrinya
120. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Lelaki dan Pohon
121. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anjing yang Nakal
122. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Keledai dan Perampok
123. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Anjing Pemburu Tua
124. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pak Tani dan Pohon Rambutan
125. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pohon Delima, Pohon Apel, dan Belukar
126. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Orang Kaya dan Tukang Samak
127. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Burung Layang-Layang dan Kawan-Kawannya
128. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pelancong dan Anjingnya
129. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Pengelana dan Pohon Ek
130. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Si Peniup Terompet
131. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Dua Kodok Bertetangga
132. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Kambing
133. Dongeng Anak Sebelum Tidur : Serigala dan Singa

Gambar-gambar ilustrasi dalam blog ini merupakan domain publik, yang diperoleh dari situs :
http://openclipart.org
http://www.litscape.com
http://www.gutenberg.org
http://commons.wikimedia.org



READ MORE - Dongeng Anak Sebelum Tidur

Rabu, 10 April 2013

Contact Us

Pada halaman ini anda bisa menghubungi kami, jika ada saran, kritik, pertanyaan, atau mungkin anda ingin memasang iklan di Blog DeCocoz anda bisa menghubungi kami melalui contact form di bawah.

Dengan senang hati kami akan segera membalas email anda yang masuk ke kami. dan jika pesan anda belum sempat kami balas tunggu hingga 2 x 24 jam hal ini dikarenakan kesibukan admin dari Blog Decocoz ini dan mohon dimaklumi.

Untuk Fast Respon anda bisa sms ke nomer 082141125419

Name *
Email *
Subject *
Message *
Powered byEMF Survey
READ MORE - Contact Us

Sitemap

Sitemap

Di Bawah ini adalah daftar isi artikel dari Decocoz Blog Secara default Daftar isi artikel dibawah ini terdiri dari 10 posting namun temen temen bisa merubahnya dengan menu dibawah sesuai dengan kebutuhan kalian. Selain itu kalian juga bisa mengurutkannya berdasarkan kategori yang ada. untuk menggunakan fitur ini pastikan Setting javascript di browser anda telah aktif.

READ MORE - Sitemap

Privacy Policy

Privacy Policy
If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at pungkas0077@gmail.com At http://decocoz.blogspot.com/, the privacy of our visitors is of extreme importance to us. This privacy policy document outlines the types of personal information is received and collected by http://decocoz.blogspot.com/ and how it is used.  

Log FilesLike many other Web sites, http://decocoz.blogspot.com/ makes use of log files. The information inside the log files includes internet protocol ( IP ) addresses, type of browser, Internet Service Provider ( ISP ), date/time stamp, referring/exit pages, and number of clicks to analyze trends, administer the site, track user’s movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.  

Cookies and Web Beacons http://decocoz.blogspot.com/ does use cookies to store information about visitors preferences, record user-specific information on which pages the user access or visit, customize Web page content based on visitors browser type or other information that the visitor sends via their browser.  

DoubleClick DART Cookie .:: Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on http://decocoz.blogspot.com/ .:: Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to users based on their visit to http://decocoz.blogspot.com/ and other sites on the Internet. .:: Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html.

Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include .... Google Adsense

These third-party ad servers or ad networks use technology to the advertisements and links that appear on http://decocoz.blogspot.com/ send directly to your browsers. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies ( such as cookies, JavaScript, or Web Beacons ) may also be used by the third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertisements and / or to personalize the advertising content that you see.

http://decocoz.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.

You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. http://decocoz.blogspot.com/ privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites.

If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites
READ MORE - Privacy Policy