Minggu, 24 November 2013

Leganda Ikan Patin (Kalimantan Tengah )


      Pada zaman dahulu kala, di Tanah Melayu hiduplah seorang nelayan tua yang bernama Awang Gading. Ia tinggal seorang diri di tepi sebuah sungai yang luas dan jernih. Walaupun hidup seorang diri, Awang Gading selalu merasa bahagia. Ia mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Tuhan kepadanya. Pekerajaan sehari-harinya adalah menangkap ikan di sungai dan mencari kayu di hutan.

     Suatu sore, sepulang dari hutan, Awang Gading pergi mengail di sungai. “Ah, semoga hari ini aku mendapat ikan besar,” gumam Awang Gading. Usai melemparkan kailnya ke dalam air, ia berdendang sambil menunggu kailnya. Berapa saat kemudian, umpannya pun di makan ikan. Dengan hati-hati disentakkannya kail itu. Apa yang terjadi? Ternyata ikannya terlepas. Lalu dipasangnya lagi umpan pada mata kailnya. Berkali-kali umpannya di makan ikan, namun saat kailnya ditarik, ikannya terlepas lagi.

“Air pasang telan ke insang
 Air surut telan ke perut
 Renggutlah…!
 Biar putus jangan rabut,”

terdengar dendang Awang Gading sambil melempar pancingnya kembali.

       Hari sudah mulai gelap. Namun, tak seekor ikan pun yang diperolehnya. “Rupanya, aku belum beruntung hari ini,” gumam Awang Gading. Usai bergumam, Awang Gading pun bergegas pulang. Namun, baru saja melangkah, tiba-tiba ia mendegar tangisan bayi. Dengan perasaan takut, Awang Gading mencari asal suara itu. Tak lama mencari, ia pun menemukan bayi perempuan yang mungil tergolek di atas batu. Tampaknya bayi itu baru saja dilahirkan oleh ibunya. Anak siapa gerangan? Kasihan, ditinggal seorang diri di tepi sungai,” Ucap Awang Gading dalam hati. Oleh karena merasa iba, dibawanya bayi itu pulang ke gubuknya.


       Malam itu juga Awang Gading membawa bayi ke rumah tetua kampung. “Awang, berbahagialah, karena kamu dipercaya raja penghuni sungai untuk memelihara anaknya. Rawatlah ia dengan baik,” Tetua Kampung berpesan. “Terima kasih, Tetua! Saya akan merawat bayi ini dengan baik. Semoga kelak menjadi anak yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik,” jawab Awang Gading mengharap.

         Keesokan harinya, Awang Gading mengadakan selamatan atas hadirnya bayi di tengah kehidupannya. Ia mengundang seluruh tetangganya. Awang Gading memberi nama bayi itu Dayang Kumunah. Usai acara tersebut, Awang Gading menimang-nimang sang bayi sambil mendendang, “Dayang sayang, anakku seorang…Cepatlah besar menjadi gadis dambaan.”

         Kehadiran Dayang Kumunah dalam kehidupannya, membuat Awang Gading semakin giat bekerja. Ia sangat sayang dan perhatian terhadap Dayang. Awang Gading juga membekali Dayang Kumunah berbagai ilmu pengetuhan dan pelajaran budi pekerti. Setiap hari ia juga mengajak Dayang pergi mengail atau mencari kayu di hutan untuk mengenal kehidupan alam lebih dekat.

         Waktu terus berjalan. Dayang Kumunah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan berbudi pekerti luhur. Ia juga sangat rajin membantu ayahnya. Namun sayang, Dayang Kumunah tidak pernah tertawa.

        Suatu hari, seorang pemuda tampan dan kaya lewat di depan rumah Dayang. Pemuda itu bernama Awangku Usop. Saat melihat Dayang Kumunah sedang menjemur pakaian, Awangku Usop langsung jatuh hati kepadanya dan berniat untuk segera meminangnya.

Beberapa hari kemudian, Awangku Usop meminang Dayang Kumunah pada Awang Gading.

“Maaf, Tuan! Nama saya Awangku Usop. Saya dari desa sebelah,” kata Usop memperkenalkan diri.

“Ada apa gerangan, Ananda Awangku Usop?” tanya Awang Gading.

“Saya ke mari hendak meminang putri Tuan” pinang Awangku Usop.

Awang Gading tidak langsung memberikan jawaban. Keputusannya ada pada Dayang Kumunah. Lalu ia meminta pendapat Dayang Kumunah.

“Anakku, Dayang! Bagaimana pendapatmu tentang pinangan Awangku Usop?” tanya Awang Gading pada Dayang yang sedang duduk di sampingya.

Dayang Kumunah langsung menanggapi pinangan pemuda itu.
“Kanda Usop, sebenarnya kita berasal dari dua dunia yang berbeda. Saya berasal dari sungai dan mempunyai kebiasaan yang berlainan dengan manusia. Saya bersedia menjadi istri kanda Usop, tetapi dengan syarat, jangan pernah meminta saya untuk tertawa,” pinta Dayang Kumunah.

Awangku Usop menyanggupi syarat itu. “Baiklah! Saya berjanji untuk memenuhi syarat itu,” kata Awangku Usop.

       Seminggu kemudian, mereka pun menikah. Pesta pernikahan mereka berlangsung meriah. Semua kerabat dan tetangga kedua mempelai diundang. Para undangan turut gembira menyaksikan kedua pasangan yang serasi tersebut. Dayang Kumunah gadis yang sangat cantik dan Awangku Usop seorang pemuda yang sangat tampan. Mereka pun hidup berbahagia, saling mencintai dan saling menyayangi.

       Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Beberapa minggu setelah mereka menikah, Awang Gading meninggal dunia karena sakit. Dayang Kumunah sangat sedih kehilangan ayah yang telah mendidik dan membesarkannya, meskipun bukan ayah kandungnya sendiri. Hingga berbulan-bulan lamanya, hati Dayang Kumunah diselimuti perasaan sedih. Untungnya, kesedihan itu segera terobati dengan kelahiran anak-anaknya yang berjumlah lima orang. Kehadiran mereka telah menghapus ingatan Dayang Kumunah kepada “ayahnya”. Ia pun kembali bahagia hidup bersama suami dan kelima anaknya.

        Namun, Awang Usop merasa kebahagiaan mereka kurang lengkap sebelum melihat Dayang Kumunah tertawa. Memang, sejak pertama kali bertemu hingga kini, Awang Usop belum pernah melihat istrinya tertawa.

         Suatu sore, Dayang Kumunah berkumpul bersama keluarganya di teras rumah. Saat itu, si Bungsu mulai dapat berjalan dengan tertatih-tatih. Semua anggota keluarga tertawa bahagia melihatnya, kecuali Dayang Kumunah. Awang Usop meminta istrinya ikut tertawa. Dayang Kumunah menolaknya, namun suaminya terus mendesak. Akhirnya ia pun menuruti keinginan suaminya. Saat tertawa itulah, tiba-tiba tampak insang ikan di mulutnya. Menyadari hal itu, Dayang Kumunah segera berlari ke arah sungai. Awangku Usop beserta anak-anaknya heran dan mengikutinya.


          Sesampainya di tepi sungai, perlahan-lahan tubuh Dayang Kumunah menjelma menjadi ikan dan segera melompat ke dalam air. Awang Usop pun baru menyadari kekhilafannya. “Maafkan aku, istriku! Aku sangat menyesal telah melanggar janjiku sendiri, karena memintamu untuk tertawa. Kembalilah ke rumah, istriku!” bujuk Awangku Usop.

           Namun, semua sudah terlambat. Dayang Kumunah telah terjun ke sungai. Ia telah menjadi ikan dengan bentuk badan cantik dan kulit mengilat tanpa sisik. Mukanya menyerupai raut wajah manusia. Ekornya seolah-olah sepasang kaki manusia yang bersilang. Orang-orang menyebutnya ikan patin.

Sebelum menyelam ke dalam air, Dayang Kumunah berpesan kepada suaminya, “Kanda, peliharalah anak-anak kita dengan baik.”

           Awangku Usop dan anak-anaknya sangat bersedih melihat Dayang Kumunah yang sangat mereka cintai itu telah menjadi ikan. Mereka pun berjanji tidak akan makan ikan patin, karena dianggap sebagai keluarga mereka. Itulah sebabnya sebagian orang Melayu tidak makan ikan patin.
READ MORE - Leganda Ikan Patin (Kalimantan Tengah )

Kata Kata Bijak Motivasi Kehidupan Pilihan

Kata Kata Bijak Motivasi Kehidupan Pilihan. Hari ini Kamis pagi hari DeCocoz Blog akan memberikan update baru untuk anda semua. Update kali ini saya telah mengumpulkan kata kata bijak dari situs situs jejaring sosial seperti Google+ dan situs jejaring sosial lainnya. Disaat kita sedang mengalami depresi atau tekanan mental yang berat atau kata anak muda jaman sekarang lagi galau hehehe.

Mungkin kumpulan kata kata bijak yang sudah saya kumpulkan ini bisa anda jadikan sebagai motivasi untuk membangkitkan kondisi mental disaat kita sedang terpuruk. Selain kata kata bijak yang saya kumpulkan saat ini anda juga bisa membaca kata kata mutiara dan kata kata cinta yang juga bisa anda jadikan sebagai update status anda di situs jejaring sosial anda serta anda bagikan kepada teman dan juga sahabat anda.

#Manusia tidak dirancang untuk gagal, tapi manusia-lah yang gagal untuk merancang.
#Semua orang ingin mendapat apresiasi.Jika Anda ingin memberi apresiasi kepada seseorang jangalah disimpan sebagai rahasia.(Mark kay Ash)
#Setalah kematian menjemput, musnahlah segala apa yg kita miliki di dunia ini. Hanya amal kebaikan yang dapat dibanggakan.
#Apabila seseorang itu membatasi kemampuannya, pada waktu yang sama dia telah membatasi hasilnya (Charles M.Schwab)
#Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain.
#Lebih baik di benci tapi menjadi diri sendiri, daripada di suka tapi menjadi orang lain.
#Di puji jauh lebih bahaya dibanding di caci, karena pujian akan menimbulkan kemunafikan.
#Ikhlaslah menjadi diri sendiri agar hidup penuh dengan ketenangan dan keamanan.
#Semakin lama kejujuran total tertunda, semakin banyak juga tumpukan beban pikiran, rasa bersalah, serta ketakutan yang menghalangi kita.
#Hidup bukanlah masalah yang harus dipecahkan, tetapi kenyataan yang harus dihadapi. (Soren Kierkegaard)
#Kita harus memahami bahwa dunia hanya dapat digenggam dengan tindakan bukan oleh perenungan. (Jacob Bronowski)
#Bahagia adalah mereka yang merasakan indahnya berjuang, mereka yang terus merasakan indahnya hidup.
#Hati yang penuh syukur bukan saja merupakan kebajikan yang terbesar, melainkan merupakan induk dari segala kebajikan yang lain.
#Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
#Alam memberi kita satu lidah, akan tetapi memberi kita dua telinga, agar kita mendengar dua kali lebih banyak daripada berbicara.

Kata-Kata Bijak Atau Motivasi
#Jangan meremehkan orang lain. Tak ada seorangpun yang mampu menjadi seseorang yang hebat dengan cara meremehkan orang lain.
#Kesalahan terburuk adalah ketika kamu tidak percaya dengan kemampuan dirimu sendiri.
#Ketika kamu menyakiti sahabat, mereka pasti maafkanmu, tapi mereka sulit tuk maafkan apa yg telah kamu lakukan pada dirimu sendiri.
#Bertemanlah dengan ia yang memusuhimu. Karena cara terbaik untuk mengalahkannya, adalah dengan menjadikan ia temanmu.
#Kebahagiaan bukanlah disaat kita memiliki kesempurnaan, namun ketika kita dapat menerima ketidaksempurnaan dengan tulus dan ikhlas.
#Terkadang seseorang yg baik itu ada 2: mereka yg benar-benar baik atau mereka yg baik karena ada maunya.
#Jangan menyianyiakan apa yg sudah kamu miliki, karena belum tentu oranglain bisa sepertimu.
#Ketika orangtuamu menasihatinu, dengarkanlah. Mereka sedang membuktikan kepeduliannya.
#Kadang bukan mereka yg salah, melainkan kita yg kurang dewasa.
#Lebih baik membangun kekayaan yg akan bertahan untuk waktu lama, daripada kekayaan yg cepat datang tapi juga cepat pergi.
#Masalah adalah cara lain untuk membuatmu menjadi pribadi yang lebih kuat.
#Lakukan pekerjaan kita dengan sepenuh hati, maka kita akan mendapat kesuksesan.
#Hati-hati ketika berbicara. Kita semua kaca, dan ucapan kamu bisa terpantul kembali ke dirimu sendiri.
#Kejujuran itu perlu pengorbanan bagi mereka yang sadar bahwa kebohongan itu akan menyakiti hati orang lain.
#Ketika kita dibutuhkan orang lain, jangan langsung mengganggap bahwa kita sudah menjadi orang penting.

READ MORE - Kata Kata Bijak Motivasi Kehidupan Pilihan

Jumat, 22 November 2013

Wanita Salju ( Jepang )

          Pada jaman dahulu kala di sebuah desa, tinggalah dua orang pemuda bernama Mosaku dan Minokichi. Mosaku adalah seorang pria yang saat ini berumur 36 tahun dan Minokichi adalah pemuda yang baru berumur 18 tahun. Kedua pemuda ini bekerja menebang pohon di kaki gunung dan kemudian menjualnya kembali untuk menyambung hidup.

         Setiap harinya Minokichi dan Mosaku selalu pergi bersama-sama mendaki gunung untuk mencari kayu. Untuk bisa mencapai gunung, mereka harus melalui sebuah sungai yang besar. Beruntung bahwa dipinggir sungai ada seorang tukang kapal yang biasanya membantu orang untuk menyebrang sungai, maka dari itu setiap harinya mereka berdua selalu menggunakan jasa si tukang kapal ketika hendak pergi dan turun gunung.

          Pada suatu hari yang dingin turunlah salju. Pada hari itupun sejak pagi hari Minokichi dan Mosaku tetap pergi ke gunung untuk mengambil kayu di hutan. Ketika langit kemudian menjadi semakin gelap, mereka berdua kemudian memutuskan untuk menghentikan pekerjaan mereka dan bergegas pulang ke rumah.

        Mereka berdua dengan cepat berjalan menuruni gunung ditengah badai salju yang semakin lama semakin kencang. Karena begitu lebatnya salju yang turun, dengan cepat seluruh permukaan tanah telah seluruhnya tertutupi oleh salju. Ketika mereka berdua telah mencapai tepian sungai, mereka begitu kaget karena tidak mendapati kapal yang biasanya ada di tepian sungai. Mereka berdua kemudian berinisiatif untuk mencari si tukang kapal di gubuk dekat sungai. Mereka bergegas menuju gubuk tersebut, namun sayang bahwa mereka tidak mendapati si tukang kapal berada disana. Mereka berdua berpikir bahwa si tukang kapal menghentikan pekerjaannya setelah melihat kondisi cuaca yang semakin lama semakin memburuk.

           Ditengah badai salju yang semakin kencang, kondisi udara yang semakin dingin, mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka berdua tidak punya pilihan lain selain menunggu esok hari untuk pulang. Mereka berdua kemudian bermalam di gubuk tersebut. Gubuk tersebut sangatlah kecil, tidak memiliki jendela, dan hanya mempunyai satu pintu masuk.

           Pada saat itu, Mosaku dengan cepat langsung terlelap. Akan tetapi Minokichi pada saat itu tidak bisa tertidur sama sekali. Udara semakin lama semakin bertambah dingin. Minokichi yang saat itu tidak bisa tidur menjadi menggigil kedinginan dan merasa ketakutan. Namun karena kemudian merasa kelelahan, Minokichi pun akhirnya tertidur. Entah berapa lama tertidur saat itu, tiba-tiba saja Minokichi terbangun. Ketika terbangun dan merasakan kedinginan, Minokichi melihat bahwa pintu di gubuk telah terbuka dan angin meniup salju masuk ke dalam gubuk.

           Minokichi hanya bergumam saja saat itu. Siapakah yang sudah membuka pintu gubuk tersebut. Ketika mengalihkan pandangannya ke sekeliling gubuk, Minokichi yang tetap berbaring saat itu melihat bahwa ada seseorang yang mengenakan kimono putih dan berambut panjang berada diatas tubuh Mosaku. Melihat keadaan saat itu Minokichi ingin bersuara dan menanyakan apa yang sedang diperbuat oleh wanita tersebut. Namun seolah-olah kekuatan mistis dari sang wanita tersebut, tubuh Minokichi tidak dapat digerakkan sama sekali dan tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

Dengan perlahan-lahan “Wanita Salju” tersebut mendekatkan wajahnya ke wajah Mosaku. Kemudian “Wanita Salju” tersebut menghembuskan nafas dan keluarlah semacam awan putih yang kemudian menutupi seluruh wajah Mosaku. Tak lama kemudian dari dalam mulut “Wanita Salju” tersebut keluar semacam benang mirip sarang laba-laba. Pada saat itu pula tiba-tiba saja cahaya berkilauan keluar dari tubuh Mosaku.

“Wanita Salju” tersebut meninggalkan Mosaku dan kemudian mendekati Minokichi. Bermaksud untuk melakukan hal yang sama, wanita tersebut kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Minokichi. Mendapat perlakuan seperti itu, Minokichi ingin berteriak kencang. Namun kondisi dirinya tidak bisa bergerak ataupun mengeluarkan suara sedikitpun.

           Minokichi yang merasa sangat ketakutan karena wanita tersebut memandang wajah Minokichi dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya wanita cantik bermata dingin tersebut berucap bahwa Minokichi masih terlalu muda. “Wanita Salju” itu kemudian mengurungkan niatnya dan berpesan kepada Minokichi supaya jangan menceritakan kepada siapapun kejadian yang sudah dilihatnya malam. Jika sampai Minokichi menceritakan kejadian malam itu, dia nantinya akan langsung mati. Wanita itu kemudian meninggalkan Minokichi dan pergi menghilang.
      
       Sesaat setelah wanita itu menghilang, tubuh Minokichi kembali dapat digerakkan. Minokichi bangkit untuk mengejar wanita tersebut. Namun dia tak melihat siapa-siapa diluar. Minokichi pun menutup pintu dan kembali tidur karena berpikir bahwa kejadian itu mungkin hanyalah mimpi atau khayalan.

       Keesokan paginya tukang kapal menghampiri gubuk tempat Mosaku dan Minokichi berada. Tukang kapal berusaha membangunkan Mosaku dan Minokichi pada saat itu. Minokichi segera terbangun saat itu. Namun sayang, Mosaku sudah meninggal. Pada saat itu Minokichi langsung teringat akan kejadian semalam. Namun karena ancaman dari “Wanita Salju” membuatnya mengurungkan niat menceritakan hal ini kepada si tukang kapal. Semenjak kejadian itu Minokichi tidak bekerja dalam waktu yang lama. Selang kira-kira sebulan dan kembali sehat Minokichi kembali melakukan rutinitas seperti biasa. Namun kematian Mosaku membuat Minokichi kini hanya seorang diri mengerjakan pekerjaan menebang kayu di gunung.

        Tahun demi tahun telah berlalu, ingatan akan “Wanita Salju” semakin lama semakin hilang dari pikirannya. Hingga pada suatu hari di musim salju setelah pulang menebang kayu, Minokichi melihat seorang gadis berjalan pulang seorang diri. Melihat hal itu Minokichi mendekati wanita tersebut dan mengajaknya berkenalan. Wanita tersebut bernama Oyuki (FYI: Yuki dalam bahasa Jepang berarti salju)

           Singkat cerita hubungan Minokichi dan Oyuki semakin akrab. Minokichi jatuh cinta kepada Oyuki yang pada saat itu masih sangat muda dan sangat cantik. Hingga mereka pun akhirnya menikah. Setelah menikah mereka pun hidup bahagia bersama.

         8 tahun berlalu semenjak Oyuki dan Minokichi menikah. Selama waktu itu pula, mereka telah dikaruniai 10 orang anak. Dan semakin lama anak-anak Oyuki dan Minokichi bertumbuh semakin besar. Minokichi pun semakin lama terlihat semakin tua. Namun berbeda dengan Oyuki yang setiap tahun wajahnya tidak pernah berubah dan tetap cantik. Hingga penduduk sekitar mengatakan bahwa kecantikan Oyuki adalah sebuah keajaiban.

       Pada suatu malam dimusim dingin, disaat anak-anak sudah lelap tertidur, Minokichi dan Oyuki pun duduk berdua di dekat perapian. Oyuki yang mengenakan kimono putih saat itu tiba-tiba saja mengingatkan Minokichi akan kejadian pada saat dirinya berumur 18 tahun. Mereka berdua pun terlibat dalam sebuah percakapan.

       “Melihat wajahmu yang cantik dan juga memiliki kulit yang putih mengingatkanku akan kejadian saat aku berumur 18 tahun. Aku berjumpa dengan seorang wanita yang benar-benar mirip sekali denganmu.” begitu ucap Minokichi.

        Oyuki yang saat itu sedang menjahit tiba-tiba saja menjadi marah dan murka kepada Minokichi seolah-olah cemburu. Dengan nada yang keras ia menanyakan siapakah wanita yang dimaksudkan oleh Minokichi tersebut.

“Ceritakan kepada saya siapakah wanita tersebut? Dimana kalian bertemu?” jawab Oyuki dengan suara keras.

      Minokichi yang mendengar hal itu menjadi agak ketakutan dan kemudian menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya di gubuk bersama Mosaku pada saat itu.

“Ketika itu saya melihat seorang wanita cantik berkulit putih dan cantik seperti dirimu. Namun wanita tersebut sangatlah menakutkan. Saya sendiri tidak yakin itu mimpi atau bukan, tetapi wajahnya mirip sekali denganmu” cerita Minokichi saat itu.

Mendengar cerita dari Minokichi, seketika itu pula wajah Oyuki kemudian berubah menjadi “Wanita Salju” yang menakutkan.

“Wanita itu adalah saya…. saya…” teriak Oyuki dengan nada yang sangat menakutkan.

         Minokichi langsung kaget dan kemudian menjadi sangat ketakutan. Melihat wajah Oyuki yang berubah menjadi menyeramkan membuat Minokichi tidak bisa bergerak ataupun berkata-kata, sama seperti waktu itu.


“Saya sudah pernah bilang bahwa kamu tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapapun. Kalau kamu menceritakannya, maka pada saat itu pula kamu akan mati.” ucap Oyuki yang sudah menjelma menjadi Wanita Salju.

“Saya ingin sekali membunuhmu.. Akan tetapi… Kita sudah memiliki anak, jadi saya tidak bisa melakukan ini. Karena itu, saya harus pergi. Sampai jumpa dan tolong jaga anak-anak kita…” ucap wanita salju lagi.

       Seketika itu pula tubuh wanita salju itu perlahan-lahan menghilang. Kemudian muncul semacam awan putih dan cahaya berkilauan yang kemudian menghilang ke atas langit. Melihat hal itu Minokichi pun berteriak dan memanggil nama Oyuki dengan sangat keras. Minokichi segera berlari keluar rumah dan terus memanggil-manggil nama Oyuki. Pada saat itu pula tiba-tiba saja turun salju lebat. Minokichi menyesal dan terus menerus memanggil nama Oyuki ditengah salju. Terlambat sudah Oyuki sudah meninggal dan tidak pernah kembali”
READ MORE - Wanita Salju ( Jepang )

Issun Boshi ( Jepang )

 
         Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang tidak memiliki anak. Suatu hari mereka pergi ke sebuah kuil dan berdoa, "Oh, tolong berilah kami anak. Kami sungguh menginginkan seorang anak." Dalam perjalanan pulang, mereka mendengar isak tangis dari rerumputan. Mereka mendekati rerumputan itu dan menemukan seorang bayi laki-laki yang sangat mungil terbungkus dengan selimut berwarna merah terang.
 
"Bayi siapa ini?" tanya sang suami.
"Entahlah. Mungkin bayi ini adalah jawaban dari doa kita", kata sang istri.
 
            Mereka membawa pulang bayi mungil itu ke rumah dan membesarkannya selayaknya anak sendiri. Sang bayi mungil tumbuh dengan sehat, tetapi ia tidak bertumbuh besar. Kini besarnya pun tidak sampai sebesar jempol manusia. Bertahun-tahun ia dirawat dengan baik, tetapi ia sama sekali tidak bertumbuh. Tingginya hanya 1 inci (di jepang disebut 1 sun yang tingginya kira-kira 1 inci). Maka dari itu, orang-orang memanggilnya Issun-boushi (one inch boy).

Hari berganti hari, Issun-boushi bertambah dewasa pergi kepada kedua orang tuanya da berkata, "Saya sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu karena sudah membesarkanku, sekarang saya harus pergi ke dunia luar dan mencoba peruntunganku."
"Tapi, Nak, dunia luar itu begitu sulit, apa kamu yakin bisa menghadapinya?" tanya sang ibu.
"Saya akan berusaha supaya saya sukses dan membahagiakan Ayah dan Ibu", jawab Issun-boushi meyakinkan kedua orang tuanya.
"Tapi lihat badanmu. Kamu masih terlalu kecil untuk pergi keluar. Terlalu berbahaya. Tunggulah hingga kamu bertumbuh besar.", cegah sang ayah.
"Tidak, Ayah. Saya merasa ini sudah waktunya saya untuk tidak bergantung pada Ayah dan Ibu. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa!", kata Issun-boushi tegas.
"Tapi, Nak...", sang ibu mulai meneteskan air mata.

Melihat kegigihan hati Issun-boushi, akhirnya kedua orang tua Issun-boushi merelakan kepergiannya. Sebelum kepergian Issun-boushi, kedua orang tuanya memberikan sebuah jarum sebagai pedang, mangkuk kayu sebagai perahu, dan sebuah sumpit untuk dayungnya.
 
 
"Terima kasih Ayah, Ibu. Saya akan menggunakan barang-barang ini dengan baik", kata Issun boushi kepada orang tuanya.
"Berhati-hatilah dan jaga dirimu, Nak!" kata kedua orang tuanya.
"Ya, saya akan berhati-hati. Selamat tinggal Ayah, Ibu!" Issun-boushi pergi sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tua yang sangat dicintainya.
 
             Issun-boushi pergi berjalan jauh sekali hingga ia sampai ke sebuah sungai. Ia melepas mangkuk nasi yang diberikan ibunya dan menaikinya untuk mengarungi sungai tersebut. Ia menggunakan sumpitnya untuk mendayung. Lama ia terkatung-katung di sungai tersebut, hingga tiba-tiba muncul seekor katak yang menabrak perahunya sehingga perahu Issun-boushi terbalik. Untunglah Issun-boushi pandai berenang, ia berenang menuju tepi sungai dan ternyata di sana terdapat sebuah rumah yang besar. Issun-boushi mendekati rumah itu dan melihat betapa megahnya rumah itu. Issun-boushi berjalan ke pintu depannya dan berteriak memanggil penghuninya. Seorang pelayan keluar dari pintu, tapi ia tidak mendapati seorang pun di situ.
 
 
Issun-boushi pun berteriak, "Aku ada di sini, di bawah, di bawah!" Pelayan melihat ke bawah, tetapi ia hanya menemukan sepasang sandal kayu milik tuannya. Setelah beberapa saat, pelayan tersebut menemukan sesosok manusia kecil di sebelah sandal tuannya itu. Pelayan tersebut sangat terkejut dan langsung berlari kepada tuannya. Ia menceritakan tentang apa yang dilihatnya kepada tuannya itu. Tuan tersebut juga sangat terkejut dan langsung pergi keluar untuk menemui Issun-boushi. Di luar sang tuan menemukan Issun-boushi berdiri dengan gagahnya dengan sebuah jarum di pinggangnya.
"Halo ksatria kecil. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya sang tuan.
"Saya sedang mencari pekerjaan. Maukah Anda menerima saya? Jika Anda menerima saya di sini, saya bersedia menjadi pengawal Anda. Memang saya memiliki badan yang kecil, tetapi saya dapat bertarung dengan baik bersama dengan pedang milik saya ini", kata Issun-boushi sambil menunjukkan jarum yang dibawanya. 

Sang tuan tertawa geli mendengar perkataan Issun-boushi, tapi ia memiliki ide cermerlang.
"Baiklah, baiklah. Kamu diterima di sini, hanya saja bukan menjadi pengawalku, tetapi teman bermain untuk putriku", kata sang tuan kepada Issun-boushi.

Issun-boushi pun menjadi pengawal tetap sang putri. Lama-kelamaan mereka menjadi teman yang akrab, mereka membaca buku bersama, bermain bersama setiap hari. Bahkan sang putri membuatkan sebuah tempat tidur untuk Issun-boushi dari kotak perhiasannya.

Suatu hari, sang putri dan Issun-boushi pergi ke sebuah kuil di dekat rumah tersebut. Tiab-tiba setan berwarna hijau yang menjijikan muncul sambil membawa sebuah palu ajaib. Ketika setan tersebut melihat sang putri, ia berusaha menangkapnya untuk dimangsa. Issun-boushi berusaha mencegahnya, ia mengeluarkan pedangnya dan mulai menusuk jari kaki setan tersebut. Akan tetapi kulit setan tersebut sangat tebal sehingga jarum milik Issun-boushi tidak dapat menembusnya. Setan tersebut semakin dekat dan dekat dengan sang putri. Sang putri terus berusaha melarikan diri. Melihat itu, Issun-Boushi bergegas memanjat setan tersebut hingga sampai di kepalnya. Issun-boushi mengeluarkan pedangnya dan menusuk hidung setan tersebut. Si setan menjadi kesakitan dan marah, ia membuka mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan geraman yang sangat kencang.


        Isssun-boushi melompat ke dalam mulut setan tersebut dan mulai memotong lidah setan tersebut dengan pedangnya. Si setan terkejut kesakitan dan memuntahkan Issun-boushi keluar kemudian setan itu melarikan diri. Setan itu menjatuhkan palu ajaibnya ketika melarikan diri. Sang putri berlari kepada palu ajaib itu dan mengambilnya.

"Terima kasih Issun-boushi, kamu tahu ini palu apa?" tanya sang putri.
"Tidak, palu apa itu?" jawab Issun-boushi.
"Ini adalah palu ajaib yang bisa mengabulkan permintaan apa saja. Sekarang kita bisa membuat permohonan", kata sang putri.


       Sang putri menggoyangkan palu tersebut sambil memohon, "Tolong buat Issun-boushi membesar." Setiap kali palu itu digoyangkan, Issun-boushi bertumbuh 1 inci, sang putri menggoyang-goyangkan palu tersebut hingga Issun-boushi menjadi sebesar pemuda sebayanya. Mereka sangat senang melihat keajaiban yang terjadi pada Issun-boushi, sesampainya di rumah, sang tuan terkejut melihat Issun-boushi. Sang putri pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya itu. Sang tuan mengadakan pesta untuk Issun-boushi sebagai rasa terima kasihnya telah menolong putrinya. Beberapa tahun kemudian, Issun-boushi dan sang putri menikah dan hidup bahagia selamanya.
READ MORE - Issun Boshi ( Jepang )

Selasa, 19 November 2013

Tiga Tersangka

Putri Kajal terkejut ketika membuka peti kayu tempat ia menyimpan tiara emas semalam. Benda berharga itu sekarang sudah tidak ada di tempatnya lagi. Padahal pagi ini ia bermaksud mengunjungi kerajaan tetangga. Dan seperti biasa ia harus mengenakan tiara emas itu.

Tanpa banyak buang waktu, Putri Kajal langsung melaporkan kejadian itu pada Raja Salman. Karuan saja Raja Salman terkejut. Ia sudah menugaskan dua pengawal di pintu kamar Putri Kajal, jadi bagaimana bisa seorang pencuri masuk ke dalam kamar putri kesayangannya.

Raja Salman segera menitahkan Patih Rangga menyelesaikan masalah ini. “Aku percaya kau bisa menyelesaikan kasus ini seperti biasanya,” titah Raja Salman di hadapan Patih Rangga.

Patih Rangga mengangguk menyatakan kesanggupannya. Ia segera menanyakan pengawal yang bertugas menjaga kamar Putri Kajal semalam. Akhirnya didapat keterangan, ada tiga orang yang memasuki kamar Putri Kajal. Mereka adalah para pengasuh Putri Kajal yang memang mempunyai hak istimewa dapat memasuki kamar Putri Kajal dengan leluasa.
“Sekarang juga aku menginginkan mereka menghadapku satu persatu,” seru Patih Rangga kemudian.

Pengasuh pertama seorang wanita yang rambutnya sudah memutih. Ia telah mengasuh Putri Kajal sejak masih bayi. Atas permintaan Patih Rangga ia mulai bertutur apa yang dilakukannya semalam.
“Hamba masuk ke dalam kamar Tuan Putri tak lama setelah Tuan Putri tertidur. Seperti biasa hamba hanya membetulkan letak selimut Tuan Putri,” papar pengasuh pertama.
“Apa kau tidak melihat kotak kayu tempat menyimpan tiara emas itu semalam?” selidik Patih Rangga.
“Hamba melihatnya. Peti itu seperti biasa ada di atas meja rias. Tapi hamba tidak berani menyentuhnya tanpa seizin Tuan Putri,” jawab sang pengasuh.

Patih Rangga berpikir sebentar. Ia kemudian menyuruh pengasuh pertama keluar dan menitahkan pengasuh kedua menghadapnya. Pengasuh kedua lebih muda dari pengasuh pertama. Ia bertugas mengasuh Putri Kajal sejak masa kanak-kanak. Seperti sebelumnya, pengasuh kedua diminta menceritakan apa yang dilakukannya semalam di kamar Putri Kajal.

“Hamba menyiapkan pakaian Putri Kajal untuk dikenakan hari ini. Itu sudah menjadi tugas hamba,” tuturnya.
“Apa kau melihat peti kayu tempat Tuan Putri menyimpan tiara emas itu?”
“Ya, tentu saja. Tapi hamba tidak berani menyentuh peti itu tanpa izin Tuan Putri,” jawab pengasuh kedua.

Patih Rangga menganggukkan kepalanya. Ia menyuruh pengasuh kedua keluar dan pengasuh ketiga dimintanya masuk. Pengasuh ketiga paling muda di antara yang lain. Ia baru mengasuh ketika Putri Kajal menginjak usia remaja. Patih Rangga segera memintanya menceritakan apa yang dilakukannya semalam di kamar Putri Kajal.

“Tugas hamba adalah mempersiapkan perhiasan yang akan dipakai Putri Kajal hari ini. Tapi hamba sama sekali tidak tahu dengan hilangnya tiara emas itu. Hamba tidak berani menyentuhnya kecuali seizin Tuan Putri,” tutur pengasuh ketiga.

Patih Rangga mengerutkan keningnya. Ia kemudian menyuruh dua pengasuh sebelumnya masuk kembali. Bahkan Putri Kajal dimintanya ikut bergabung.

Suasana jadi begitu tegang karena biasanya Patih Rangga memang dapat segera menyelesaikan masalah apa pun yang terjadi di dalam istana.
“Terus terang saja, aku tidak bisa menemukan siapa yang telah mencuri tiara emas milik Putri Kajal. Ketiga pengasuh yang menjadi tersangka dalam masalah ini semuanya lepas dari tuduhan pencurian. Untuk itu aku hanya bisa memutuskan kesalahan pada Putri Kajal. Tentu saja bukan sebagai pencuri, melainkan telah lalai menjaga barang berharga miliknya sendiri. Dan untuk kelalaiannya itu, Tuan Putri harus menerima hukuman. Selama sebulan Putri Kajal tidak boleh keluar dari kamar, kecuali tiara emas itu dapat ditemukan,” Patih Rangga mengeluarkan keputusan.

Putri Kajal terkejut. “Itu tidak adil, Patih Rangga. Lagi pula apa yang dapat kulakukan selama sebulan di dalam kamar? Aku juga ingin bermain di halaman istana, mengunjungi rakyatku, membaca di perpustakaan, menyanyi di pendopo, dan lain-lainnya seperti biasa, protes Putri Kajal.

Patih Rangga tak mengeluarkan suara. “Putusan ini tidak bisa diubah kecuali oleh Baginda Raja Salman,” kata Patih Rangga kemudian.

Putri Kajal menitikkan air mata. Ia mulai menangis sedih. Ayahnya pasti tidak akan memenuhi permintaannya agar Patih Rangga merubah keputusannya, karena dia tahu ayahnya begitu menghargai setiap keputusan Patih Rangga.

Tiba-tiba saja pengasuh pertama bersujud di depan Patih Rangga. “Ampuni Putri Kajal, Patih Rangga. Hambalah yang bersalah telah mengambil tiara emas milik Putri Kajal. Tapi, hamba tidak bermaksud mencurinya, hamba hanya menyembunyikannya untuk sementara waktu. Malam tadi, hamba masuk ke dalam kamar dan mengambil tiara emas itu dari dalam kotak kayu. Hamba tahu tidak ada yang akan dicurigai dari kami bertiga karena kami tidak pernah menyentuh kotak itu tanpa seizin Tuan Putri. Tiara emas itu masih ada di dalam kamar. Hamba menyembunyikannya di kolong lemari pakaian,” tutur pengasuh pertama.
“Mengapa kau lakukan itu?” tanya Patih Rangga.

“Hamba mempunyai seorang anak lelaki di perbatasan kerajaan. Ia pemilik sebuah kedai. Kemarin ia datang menemuiku dan menceritakan ada segerombolan penjahat yang mabuk di kedainya. Saat mabuk itu, seorang penjahat bercerita punya rencana untuk merampok Tuan Putri saat melintas perbatasan. Mereka mengincar tiara emas milik Putri Kajal. Hamba tidak ingin terjadi hal merugikan Tuan Putri, makanya sengaja hamba sembunyikan tiara itu agar Tuan Putri tidak jadi pergi hari ini,” kata pengasuh pertama.
“Seharusnya kau memberitahukan hal itu padaku. Tapi baiklah, aku mengampunimu. Sekarang ambilkan tiara emas itu. Tuan Putri tetap akan berangkat hari ini,” titah Patih Rangga.

Patih Rangga segera menyusun rencana menjebak gerombolan penjahat yang akan merampok Putri Kajal. Berkat kecerdikannya dan kesigapan prajurit istana, dua puluh penjahat berhasil diringkus.
“Masalah ini tidak hanya selesai dengan ditemukannya tiara emas milik Putri Kajal dan siapa pencurinya. Bahkan tidak cukup selesai dengan membatalkan rencana kepergian Putri Kajal. Kerajaan harus mampu mengatasi kejahatan yang menjadi penyebabnya,” kata Patih Rangga ketika memberi laporan terhadap Raja Salman usai menjalankan tugas.
READ MORE - Tiga Tersangka

Momotaro ( Jepang )

Zaman dahulu di suatu tempat hiduplah sepasang kakek-nenek. Setiap hari, kakek ke hutan mengumpulkan kayu bakar, sedangkan nenek ke sungai mencuci. Ketika nenek sedang mecuci, dari hulu sungai hanyutlah momo (buah peach) Nenek memungut momo itu.

“Sepertinya, momo ini manis.” Nenek mengambil momo yang besar itu dan membawanya pulang.

Malam pun tiba. Kakek pulang memikul kayu bakar. “Nenek, nenek, kakek sudah pulang.”

“Kakek, ya, selamat datang. Hari ini, nenek menemukan momo yang besar di sungai. Sekarang ada di lemari…” kata nenek sambil mengeluarkan momo itu dan meletakkannya di atas talenan. Lalu, nenek menempelkan pisau dapur pada momo tersebut untuk membelahnya. Tapi, momo tersebut membelah sendiri dan dari dalamnya keluar anak laki-laki yang lucu. Begitu keluar anak laki-laki itu langsung menangis. Kakek dan nenek terkejut.

“Aaduh, gawat ini.” Kakek dan nenek panik. Setelah tangisnya reda kakek berkata, “Karena anak ini muncul dari dalam momo, kita harus menamainya Momotaro.” Begitulah Momotaro dinamai.

Kakek dan nenek memberi Momotaro bubur, ikan dan merawatnya dengan hati-hati. Kalau Momotaro diberi semangkuk nasi, dia akan makan semangkuk. Kalau Momotaro diberi dua mangkuk nasi, Momotaro akan makan dua mangkuk. Tak terasa Momotaro tumbuh jadi besar. Lalu, kalau dia diajari berhitung satu, maka dia dapat menghitung sampai sepuluh. Akibatnya Momotaro jadi terkenal. Selain itu, tenaganya makin lama makin kuat, dan tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya dapat menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Momotaro jadi anak yang hebat. Karena Momotaro sangat lucu, kakek dan nenek makin gembira membesarkannya.

Suatu hari, Momotaro menghadap kakek dan nenek, duduk di depan kakek dan nenek dan memohon sambil berkata, “Kakek, nenek. Karena aku sudah besar aku mau pergi ke pulau hantu untuk menaklukkan hantu yang suka merampas barang manusia. Tolong buatkan bekal kibi dango (sejenis kue mochi yang berisi kacang) paling enak di Jepang.”

Kakek dan nenek serentak berkata, “Kau masih kecil. Bagaimana pun juga kau masih kecil. Untuk apa kau ke pulau hantu, menangkap para hantu itu?”

Walaupun sudah dilarang, Momotaro tak peduli. “Kakek, nenek, aku memang sendirian, tapi 50 atau 100 ekor hantu bukan masalah buatku.”


“Kalau begitu baiklah,” kata kakek dan nenek.

Tak lama berselang Momotaro dibuatkan bekal kibi dango paling enak di Jepang. Kemudian Momotaro juga diberi ikat kepala hachimaki, celana lebar hakama dan pedang pendek yang baru. Lalu, di punggungnya juga di dipasangkan bendera bertuliskan ‘Momotaro terkuat nomor satu di Jepang’.

Momotaro berangkat ke pulau hantu.

Pada saat akan meninggalkan desa seekor anjing terus-menerus menyalak mengikuti Momotaro.

“Momotaro, Momotaro, kau mau pergi ke mana?”

“Ke pulau hantu, menaklukkan hantu.”

“Aku mau menemanimu ke pulau hantu asalkan kau mau memberiku sebuah kibi dango.”

“Baiklah, kalau begitu kau jadi anak buahku. Kalau kau makan kibi dango ini kekuatanmu akan betambah 1000 kali lipat,” kata Momotaro mengeluarkan sebuah kibi dango dari kantong dan menyerahkan pada anjing itu. Anjing jadi anak buah Momotaro.

Tak lama kemudian, burung gagak berkoak-koak mendekati Momotaro. Lalu, sama seperti anjing, Momotaro memberinya sebuah kibi dango dan menjadikan burung gagak itu anak buahnya. Lalu, beberapa saat kemudian, monyet berteriak-teriak mendekati Momotaro. Monyet pun menjadi anak buah Momotaro setelah diberi sebuah kibi dango.

Momotaro jadi jendral, anjing jadi pembawa bendera, monyet jadi pembawa pedang. Mereka melanjutkan perjalanan ke pulau hantu. Sampailah Momotaro dan ketiga anak buahnya di depan gerbang yang hitam dan besar di pulau hantu. Langsung saja monyet mengetuk pintu gerbang.


Dari dalam terdengar suara. “Siapa itu?” Lalu keluarlah setan merah.

“Aku Momotaro terkuat nomor satu di Jepang. Aku ke pulau hantu ini untuk menaklukkan hantu. Enyahah kalian semua.”

Setelah mengatakan itu, Momotaro menghunus dan menusukkan pedangnya. Monyet bertarung dengan tombak, sedang burung gagak dan anjing dengan pedang. Anak-anak hantu yang ada di tempat itu ribut besar dan lari ke dalam. Di dalam banyak hantu-hantu berkumpul sedang pesta sake. Momotaro masuk ke dalam untuk mengejar anak hantu.

“Apa, Momotaro?” kata hantu-hantu linglung dan keluar dengan sempoyongan. Karena Momotaro dan ketiga anak buahnya sudah makan kibi dango yang membuat mereka jadi prajurit perkasa yang kekuatannya bertambah jadi 1000 kali lipat. Hantu dapat dikalahkan, dilempar-lempar dan ditusuk-tusuk.

“Kami sama sekali tak dapat mengimbangi. Ampunilah jiwa kami. Mulai hari ini kami tak akan berbuat jahat lagi.” Jendral hantu hitam memohon di hadapan Momotaro. Dari matanya yang besar mengalir setetes air mata. Kepalanya dibenturkan ke tanah meminta ampun.


“Baiklah, kalau memang kalian tak akan berbuat jahat lagi, maka jiwa kalian kuampuni.” Momotaro mengampuni hantu-hantu itu.

“Kami tak akan pernah berbuat jahat lagi. Semua barang-barang berharga ini kuserahkan padamu.” Janji jenderal hantu. Lalu memerintahkan bawahannya untuk memindahkan barang-barang rampasan yang ada di gudang, barang-barang yang selama ini dirampas dari manusia.

Momotaro menaikkan barang-barang itu ke atas kendaraannya dan menyuruh anjing, monyet dan burung gagak menariknya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh untuk kakek dan nenek.

Peristiwa ini sampai juga ke telinga bidadari. Bidadari memberi Momotaro hadiah yang sangat banyak. Lalu, Momotaro hidup bahagia bersama kakek dan nenek.
READ MORE - Momotaro ( Jepang )

Kamis, 14 November 2013

Dongeng Anak Islami Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat

Dongeng Anak Islami Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat

Bertemu lagi bersama admin DeCocoz Blog, malam hari ini pas buat nambahin artikel cerita dan dongeng anak yang bernuansa islami. Setelah sebelumnnya update blog berjudul Dongeng Anak Islami - Kejujuran Dari Seorang Pedagang, kali ini judul ceritanya adalah Dongeng Anak Islami - Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat. Oh ya, pastinya anda semua masih diberikan kesehatan yang baik kan? Aminn. Yuk langsung saja anda simak cerita menarik di bawah ini. Selamat membaca.

"Rasulullah S.A.W telah menganjurkan agar kami semua mempelajari Al-Qur'an. Rasulullah S.A.W juga menerangkan tentang kelebihan Al-Qur'an." kata Abu Umamah ra.
Rasulullah S.A.W Telah bersabda:
"Belajarlah kamu akan Al-Qur'an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di saat itu orang sangat memerlukannya."
Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya:
"Kenalkah kamu kepadaku?"
Maka orang yang pernah membaca akan menjawab:
"Siapakah kamu?"
"Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, serta kamu juga telah bangun malam untukku dan kamu pernah membacaku di waktu siang hari," jawab Al-Our'an.
"Benarkah kamu Al-Qur'an?", tanya orang yang pernah membaca Al-Qur'an.
Kemudian Al-Qur'an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca mengadap Allah S.W.T.
Dan orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian diletakkan mahkota di atas kepalanya.
Kepada ayah dan ibunya yang muslim juga akan diberikan perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan yang ada di dunia, walau berlipat ganda.
"Dari manakah kami memperoleh ini semua, padahal amal kami tidak sampai sekian?" keduanya bertanya.
"Kalian diberi ini semua, karena anak kalian telah mempelajari Al-Qur'an."
Anda baru saja membaca cerita dan dongeng anak islami berjudul Dongeng Anak Islami - Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat semoga cerita diatas tadi bisa membawa manfaat untuk kita semua. Kalau anda suka dengan cerita diatas bisa share dengan teman atau saudara anda. Terima Kasih banyak sudah mampir ke blog ini.

Dongeng Anak Islami Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat
READ MORE - Dongeng Anak Islami Al-Qur'an Pembela Di Hari Kiamat

Dongeng Anak Islami Kejujuran Dari Seorang Pedagang

Dongeng Anak Islami Kejujuran Dari Seorang Pedagang.
Pada zaman Tabiin ada seorang pedagang perhiasan bernama Yunus bin Ubaid. Pada suatu hari, Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan mengerjakan sholat. Ketika itu datanglah seorang Baduy yang hendak membeli perhiasan di toko itu. Maka terjadilah transaksi jual beli antara orang Baduy itu dengan penjaga toko, saudara Yunus.
Dongeng Anak
Satu perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Sebenarnya Yunus telah memberitahu saudaranya bahwa perhiasan itu harganya dua ratus dirham. Perhiasan tersebut akhimya dibeli oleh orang Baduy itu dengan harga empat ratus dirham.

Ditengah jalan, orang Baduy itu bertemu dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid mengenali perhiasan yang dibawa oleh si Baduy itu, dan ia tahu barang itu dibeli dari tokonya.
"Berapakah harga perhiasan ini kamu beli?" tanya Yunus kepada orang Baduy.
"Empat ratus dirham." jawab orang Baduy.
"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham. Mari kembali ke toko saya. Agar dapat kukembalikan uang kelebihannya kepada saudara." kata Yunus lagi.
"Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." bilang si Baduy.

Tetapi Yunus itu tidak membiarkan orang Baduy itu pergi. Didesaknya lagi agar orang Baduy itu kembali ke tokonya dan akan dikembalikan kelebihannya. Namun si Baduy itu tetap tak mau.

"Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" Yunus berkata dengan marah kepada saudaranya ketika orang Baduy itu telah pergi.
"Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga empat ratus dirham." saudaranya mencoba menjelaskan bahwa dirinya dipihak yang benar.
"Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan diri kita sendiri," kata Yunus lagi

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan sebuah amanah dijalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram karena tidak ada penipuan dalam perdagangan. "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas serta memberi rezeki. Dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau diharga."  sabda Rasulullah.

Dongeng Anak Islami Kejujuran Dari Seorang Pedagang
READ MORE - Dongeng Anak Islami Kejujuran Dari Seorang Pedagang

Dongeng Anak Islami Asal Usul Hajar Aswad

Dongeng Anak Islami Asal Usul Hajar Aswad. Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya, Ismail, membangun Ka'bah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Ka'bah itu tidak ada bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail bertekad menyelesaikan pembangunannya dengan mengangkut batu dari berbagai gunung.

Dalam sebuah kisah disebutkan, ketika pembangunan Ka'bah itu selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasakan kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Ka'bah.
"Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan kuletakkan sebagai penanda bagi manusia," kata Nabi Ibrahim kepada Ismail, putranya.
Kemudian Nabi Ismail a.s pergi dari satu bukit ke bukit lainnya untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang indah.

Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada ayahnya. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh indah itu, beliau menciumnya beberapa kali.
"Dari mana kamu dapatkan batu ini?" tanya Nabi Ibrahim kemudian.
"Batu ini kuterima daripada yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril),"  jawab Nabi Ismail.

Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu diciumi oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka'bah disunnahkan mencium Hajar Aswad.

Berjuta-juta kaum muslimin berebut ingin mencium Hajar Aswad itu, yang tidak mencium cukuplah dengan memberikan isyarat lambaian tangan saja. Ada riwayat menyatakan, bahwa dulunya Hajar Aswad itu berwarna putih bersih, tetapi akibat dicium oleh setiap orang yang datang menziarahi Ka'bah, batu itu menjadi hitam seperti terlihat sekarang. Wallahu a'alam.

Apabila manusia mencium batu itu, maka timbullah perasaan seolah-olah mencium Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Ingatlah, Hajar Aswad itu merupakan tempat diperkenan do'a. Bagi yang ada kesempatan, berdo'alah di sana, Insya Allah do'anya akan dikabulkan oleh Allah. Jagalah hati kita sewaktu mencium Hajar Aswad supaya tidak menyekutukan Allah, sebab tipu daya syaitan kuat di Tanah Suci Mekah.

Ingatlah ucapan Khalifah Umar bin Al-Khattab apabila beliau mencium batu itu (Hajar Aswad):
"Aku tahu, sesungguhnya engkau hanyalah batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah S.A.W menciummu, sudah tentu aku tidak akan melakukannya. (mencium Hajar Aswad)."
Dongeng Anak Islami Asal Usul Hajar Aswad
READ MORE - Dongeng Anak Islami Asal Usul Hajar Aswad