Minggu, 11 November 2012

Ilalang dan Pohon Mahoni

Angin bertiup sangat kencang. Batang-batang padi rebah ketika angin mendesaknya. Pohon-pohon yang ramping di hutan tunduk dengan rendah hati dan binatang hutan meringkuk mencari tempat berlindung. Suara badai bergemuruh di atas pucuk pohon. Badai melewati kolam teratai membuat airnya berombak dan berbuih, meratakan bunga-bunga di sekelilingnya. Semua makhluk di darat menatap ke langit, melihat apa yang membuat keributan ini.
Tapi pohon mahoni yang tinggi besar berdiri dengan gagah, tidak tunduk walaupun badai berkecamuk.
"Kenapa kamu tidak membungkuk ketika angin menghantam dahan-dahanmu?" tanya ilalang kurus yang berlenggak lenggok kesana kemari, tak berdaya ditiup angin.
"Aku pohon Mahoni!" jawabnya. "Aku tidak tunduk pada siapa pun!"
"Oh!" jawab ilalang dengan sedih. "Aku hanya ilalang kurus. Aku bergoyang setiap ada angin yang berhembus."
Pohon mahoni menjawab dengan meremehkan,"Hah! Ini tidak seberapa! Kamu tidak tahu berapa sering badai yang telah aku alami dan telah aku kalahkan!"


Badai seperti mendengar perkataannya, dan segera angin berhembus lebih kencang. Kilatan halilintar menerangi langit, butiran hujan berjatuhan seperti desing peluru menghujani pohon mahoni.
Akhirnya prahara itu berakhir, dan matahari muncul dari balik awan, tersenyum ke bumi di bawahnya. Semua kembali tenang.
Tak lama, muncul dari arah padang para penebang kayu datang mengayunkan kapaknya dengan gembira. Mereka datang untuk menebang pohon mahoni.
Si pohon mahoni berusaha bertahan.Hantaman kapak memotong batangnya dengan dalam. Kemudian tubuhnya bergetar, roboh dengan suara membahana menghantam tanah.Para penebang kayu lalu mengikatnya dan menariknya keluar dari hutan, tempat tinggal si pohon mahoni bertahun-tahun lamanya.
Si ilalang kurus itu berdiri tegak, di dalam hatinya ia bersedih, "Alangkah kasihan pohon mahoni! Kita telah lama berkawan baik."  

Terjemah bebas dari : The Reed and the Oak, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : tidak baik berkata sombong, sehebat apa pun kita masih ada yang mungkin melebihinya.

0 komentar:

Posting Komentar