Di sebuah kota tinggal seorang pedagang tinggal di pasar. Dia memiliki seekor anjing muda. Anjingnya sangat ia manjakan, tetapi akibatnya anjing itu menjadi tidak bisa diatur.
Anjing itu senang sekali menyelinap di belakang orang-orang. Ia mengendap-endap lalu menggigit tumit sepatu mereka. Semua orang sebal dengan kelakuan anjing itu, apalagi para pembeli di pasar. "Aku harus melakukan sesuatu," begitu pikir si pedagang.
Ia lalu mengikatkan seutas tali di leher anjingnya. Ujung tali yang lain ia ikatkan ke sebuah potongan kayu. Kemanapun anjing itu pergi, potongan kayu itu akan terseret-seret olehnya dan berbunyi klotak! klotak! klotak! "Nah, sekarang kamu tidak bisa mengendap-endap di belakang orang lalu menggigit mereka," kata pedagang itu, "mereka akan tahu lebih dulu kedatanganmu!"
Kelakuan anjing itu ternyata tidak berubah. Ia tetap berusaha menggigit tumit sepatu orang yang lalu lalang. Ia menganggap kayu yang diikatkan majikannya adalah tanda kehormatan. Dengan bangga ia berlari-lari sekeliling pasar sambil memperdengarkan bunyi klotak! klotak! klotak! Semakin nyaring bunyinya semakin bangga ia akan dirinya.
Suatu hari ia bertemu dengan seekor anjing tua. Anjing itu memperhatikan dirinya sepanjang hari, sehingga ia merasa terganggu. Ia pun mendekati anjing tua itu lalu bertanya dengan ketus, "Pak tua! Kenapa kau memata-matai aku?"
Anjing tua itu tertawa dan menjawab dengan sopan, "Hai nak! Bukan aku yang memata-mataimu. Tapi dirimu sendiri yang ingin diperhatikan."
Anjing tua itu melangkah mendekat sambil menasihati, "Nak, kenapa kamu begitu bangga dengan dirimu sendiri hingga berlari-lari di jalanan dengan benda berisik yang menggantung di lehermu?" Anjing muda melotot dengan marah tapi ia masih mendengarkan.
"Dengarkan aku yang sudah tua ini, yang telah melihat dunia lebih lama darimu, telah berpetualang sangat jauh di negeri ini. Kayu di lehermu itu bukanlah tanda kehormatan! Itu adalah tanda yang memalukan. Sebuah tanda bagi semua orang untuk menjauhimu, karena kamu anjing yang berkelakuan buruk!"
Anjing muda itu sekarang tertunduk malu dan bergegas lari mencari tuannya.
Terjemah bebas dari The Mischievous Dog, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini : kebekenan karena perbuatan buruk sering disalahartikan sebagai kemasyhuran. Padahal bukanlah nama baik yang diingat orang, tetapi nama buruk.
Kamis, 11 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar