Ketentraman itu seketika sirna. Di padang rumput utara berlarian pasukan musuh, maju menerjang ke arah bukit sembari mengacungkan senjata. Penggembala tua melompat dari duduknya dan hendak berlari menuruni bukit ke arah selatan.
“Keledai! Cepat lari! Musuh sedang mendekati kita!” penggembala tua berteriak panik.
“Keledai! Ayo cepat! Sebentar lagi musuh akan menangkap kita!”
“Keledai!!!” Penggembala tua semakin panik, apalagi keledainya masih saja terdiam menikmati rumput. “Keledai! Ayo! Dasar keledai pemalas!”
Keledai diam saja, lalu ia mendongakkan kepalanya dan menjawab dengan malas, “Tuan! Apakah kalau aku ditangkap mereka itu, aku akan disuruh mereka untuk mengangkut karung tepung dua kali lebih berat dari biasanya seekor keledai mengangkat beban?”
“Tentu saja tidak!” kata si penggembala tua.
“Yah, kalau begitu tenang saja, tuan! Siapapun yang berkuasa, nantinya aku tetap bekerja mengangkut karung tepung di punggungku,” keledai menjawab kalem. “Sama saja toh?”
Pesan : seringkali untuk rakyat biasa, siapapun yang berkuasa tidak ada bedanya.
Terjemah bebas dari The Ass and the Old Sepherd, www.aesopfables.com
0 komentar:
Posting Komentar