Ketika malam tiba, seperti biasa burung hantu terbangun. Sudah kebiasaannya untuk mencari makanan saat langit sudah gelap. Ia terbang di atas ladang, mencari tikus-tikus untuk disantap. Dan ketika matahari pagi sudah menyingsing ia pulang ke rumahnya, ke lubang di batang pohon besar, untuk tidur beristirahat sepanjang hari.
Jangkrik pun biasa terbangun di malam hari. Ia seorang penyanyi yang riang gembira. Ia senang mengerik, Krik-krik! Krik-krik! Krik-krik! Seperti jangkrik lainnya, ia bernyanyi sepanjang malam. Tapi tak seperti jangkrik lainnya, jangkrik ini jangkrik penyanyi yang terlalu bersemangat. Ia bernyanyi sepanjang malam, hingga matahari terbit, bahkan ketika matahari sudah naik ke atas langit. Jangkrik ini tak bosan-bosannya menyanyi.
Burung hantu merasa terganggu dengan kelakuan tetangga barunya. Ia tak lagi bergembira memiliki seorang tetangga. Ini waktunya ia beristirahat. Bagaimana mungkin ia bisa tidur dengan suara berisik ini?
"Tetanggaku yang baik, tuan Jangkrik!" seru burung hantu dari dalam lubang pohon, "bisakah engkau berhenti bernyanyi? Aku terbang mencari nafkah sepanjang malam, sekarang adalah waktuku untuk beristirahat."
KRIK-KRIK! KRIK-KRIK!
"Pak Jangkrik! Aku mohon pengertianmu. Bisakah kita bertetangga dengan baik? Bisakah engkau berhenti menyanyi sehingga aku bisa tidur siang ini?"
KRIK-KRIK! KRIK-KRIK! KRIK-KRIK! Jangkrik tetap bernyanyi tak peduli.
Burung hantu sangat kesal, tapi ia malah berkata dengan nada manis kepada jangkrik, "Pak Jangkrik yang baik! Baiklah! Karena kamu tak sudi berhenti menyanyi, maka siang ini aku akan nikmati saja nyanyianmu yang merdu sambil menikmati semangkuk madu bunga yang manis dan segar. Jika kamu menyukainya, mari kita nikmati bersama di dalam rumahku!"
Jangkrik yang sedari tadi menyanyi, memang benar-benar sedang kehausan. Ia merasa senang burung hantu memuji nyanyiannya. Jangkrik melompat naik, lantas masuk ke lubang pohon.
Burung hantu sudah menunggunya, tapi tidak dengan semangkuk madu. Burung hantu dengan sigap menangkap jangkrik dan membekapnya hingga tak bisa bersuara. Ia mengikat jangkrik itu di depan pintu. Sudah habis kesabarannya. Bukankah yang ia inginkan hanya saat tenang untuk beristirahat?
Terjemah bebas dari The Grasshopper and the Owl, www.aesopfables.com
Pesan dari cerita ini : kesabaran itu ada batasnya, bahkan orang yang paling baik pun bisa habis kesabarannya.
0 komentar:
Posting Komentar