Pak Tani berjalan kaki di tengah hutan yang gundul, lalu ia mencapai lapang terbuka di tepi hutan. Di sana, dengan terkejut ia melihat seorang lelaki tua, menggigil kedinginan memegangi mantelnya yang compang camping di bahunya.
Rambutnya beruban tampak seperti bulu-bulu kelabu di kepalanya, jenggotnya kusam tidak dipelihara. Dengan tersedu-sedu, tangannya yang gemetar mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Pak Tani yang baik merasa kasihan padanya dan berkata pada orang tua itu dengan ramah,"Katakan padaku kawan, apakah yang terjadi?"
"Benar-benar buruk! Mengerikan!" lelaki tua itu menjawab dan lalu menangis lagi."Aku menjual rumahku, kebunku, dan semua yang aku punya, dan emas hasil penjualannya aku sembunyikan di lubang ini. Tapi sekarang semua hilang ...hilang...hilang!" Sekali lagi air mata turun membasahi pipinya.
"Saya khawatir," kata Pak Tani, "bahwa kamu mendapatkan hukuman sebagai orang kikir. Kamu sudah menukar semua kepunyaan dan barang barangmu yang bermanfaat untuk seonggok emas yang tidak berharga, yang tidak bisa kamu makan atau pakai."
"Ini!" Pak Tani itu menambahkan. "Ini adalah sebuah batu. Kubur batu ini dan anggaplah ini adalah bongkahan emasmu! Kamu tidak akan tahu bedanya."
Pak Tani lalu berjalan meninggalkan lelaki tua itu yang masih menangis menatap lubang kosong di hadapannya.
Terjemah bebas dari : How the Miser Lost His Gold, Richards Topical Encyclopedia. 1951
Pesan dari cerita ini adalah : harta yang baik adalah harta yang bermanfaat. Menimbun dan menyimpan harta dengan tidak dimanfaatkan adalah perbuatan orang kikir.
0 komentar:
Posting Komentar