Senin, 06 Mei 2013

Mengenal Tuhan Bag.2

..but then god works in a mysterious way, ...in a most Hollywood way.

Sekitar tahun 2000, aku menyaksikan karya seni ini. Sebuah dongeng hollywood yang berkisah tentang seorang anak manusia yang hidup di tahun 1999. Ahli program komputer yang hidup normal seperti kebanyakan orang, merangkap hacker yang ingin memecahkan arti tersembunyi dari sebuah sandi komputer. Rasa ingin tahunya mengundang ancaman pria-pria berjas hitam dan bimbingan beberapa orang (yang juga berpakaian serba hitam), membawanya dalam sebuah petualangan. Dia diberi pilihan dalam bentuk dua buah kapsul : kapsul biru untuk melanjutkan hidup "normal", atau kapsul merah yang akan membawanya mengetahui arti yang tersembunyi tapi akan membuatnya tidak akan pernah hidup "normal" lagi.
Dia menelan pil merah dan seketika ia terbangun di sebuah tabung penuh berisi cairan dengan tubuh ditancapi kabel. Dia bangun di dunia gelap yang aneh.

Dunia aneh ini ternyata adalah kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan "normal" yang ia jalani selama ini ternyata kehidupan palsu yang hanya ada dalam mimpinya. Mimpi yang jauh lebih indah dari kenyataan yang mengerikan, kenyataan dimana ia seperti milyaran manusia yang lain hanyalah berfungsi sebagai baterai energi untuk sebuah menghidupi sebuah mesin cerdas. Mesin itu membutuhkan energi listrik dalam tubuh manusia, sehingga mereka menjajah manusia, menidurkannya, memenjarakan tubuh mereka dalam tabung, menjaga mereka tetap hidup. Dan milyaran manusia hidup bersama-sama dalam mimpi di sebuah dunia tiruan tahun 1999.
Dalam dongeng fiksi hollywood yang sama sekali tidak membicarakan tuhan, aku menyaksikan sesuatu yang ajaib, tapi anehnya, masuk akal. Dongeng yang bercerita bahwa dunia yang kita kenal ini bisa saja hanya merupakan sebuah khayalan saja. Bahwa semua kenyataan ini mungkin saja hanya terjadi di dalam otak, persis seperti dunia khayal yang tercipta ketika bermimpi.
Dalam dongeng itu, yang menguasai tubuh dan mengendalikan pikiran kita adalah sebuah mesin super cerdas. Bagaimana jika sekarang bukan mesin cerdas yang menguasai tubuh kita dan mengendalikan pikiran kita, tetapi sesuatu yang belum kuketahui, sesuatu yang luar biasa cerdas yang bernama "tuhan"?
Dongeng itu membuatku menyadari sesuatu : aku tidak pernah bisa mengendalikan sebagian besar tubuhku sendiri. Jantungku berdegup sendiri. Rambutku tumbuh sendiri. Perut mencerna sendiri, otomatis tanpa diperintah. Bahkan aku pun seringkali tidak menyadari bahwa aku harus bernafas supaya tetap hidup. Siapa yang mengaturnya? Aku ini dikendalikan! Bukan hanya tubuhku, tapi nasibku pun dikendalikan. Kenapa aku lahir di Bandung Indonesia, bukan di Washington USA? Kenapa kulitku hitam, bukannya putih bersih yang kuinginkan? Kenapa aku lahir di keluarga biasa-biasa saja, bukan keluarga konglomerat?
Aku ini dikendalikan, tapi juga sebaliknya, dengan berpikir aku bisa memerintah bagian tubuhku yang lain. "Mangap!" mulut menganga. "Tampar!" tangan melayang di udara. "Injak!" kaki menghentak. "Pikir!" "Mikir apa?" jawab otak.
Dengan berpikir, aku bisa memilih nasibku sendiri. "Belajar atau malas?", aku belajar dan lulus ujian. "Nurut atau ngamuk?", aku ngamuk dan orangtua mengunciku di luar rumah. "Rem atau tancap gas?" aku mengerem dan menghindar dari kecelakaan. "Pedas atau tidak?", makan pedas dan perutku mulas. Dengan kemampuan berpikir bebas dan bergerak bebas, aku adalah manusia. Tanpa kemampuan berpikir dan bergerak bebas, aku hanyalah mesin.
Mesin blender hampir seperti manusia. Kamu hidupkan mesinnya, masukkan berbagai buah-buahan dan biji-bijian, tambahkan air ke dalam mulutnya. Mesin itu lalu menggiling semua di dalam perutnya, dikeluarkan menjadi jus. Bedanya, mesin tidak mengerti apa yang dilakukannya. Tidak mampu untuk menentukan nasibnya sendiri. Sepenuhnya dikendalikan.
Manusia sedikit berbeda. Tuhan, ilahi, dewa, god, apapun manusia memanggilnya, menghidupkan manusia. Manusia masukkan buah-buahan, biji-bijian, dan air sesuai keinginannya ke dalam mulutnya. Setelah itu ia tidak sadar proses selanjutnya di dalam perut, hingga beberapa jam kemudian ia mendapat dorongan untuk mengeluarkan ampasnya. Bedanya manusia dengan mesin blender adalah ia mengerti (sebagian) apa yang dilakukannya, dan dengannya ia mampu menentukan nasibnya sendiri.
Tuhan menciptakan manusia. Tuhan mengendalikan manusia, ...tapi Tuhan yang maha cerdas memberi manusia kecerdasan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Seberapa cerdas kah Tuhan?..dan Tuhan menjawab dengan video games.
  
Referensi :
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Matrix

Kembali ke halaman utama

0 komentar:

Posting Komentar