Senin, 20 Mei 2013

Mengenal Tuhan Bag.4

Jika ada yang kebetulan di dunia ini, lalu di mana Tuhan?   

Alkisah sebuah perjalanan seseorang. Sebut saja namanya "Aku".
Aku punya pilihan. Pergi ke Jakarta atau diam di rumah? Aku pergi ke Jakarta. Pakai mobil atau travel? Aku pakai travel. Turun di Rawamangun atau Casablanca? Turun di Rawamangun. Pakai ojek atau bajaj? Naik bajaj. Bayar atau tidak? Tidak bayar. Nantang atau kabur? Kabur! Lari ke kanan atau ke kiri? Kiri. Sembunyi di gang atau lari ke jembatan? Ke jembatan. Lompat atau digebukin? Lompat!? Dan...
Terkisah juga perjalanan si "Abang". 
Abang punye pilihan. Narik bajaj atau diem di rumah? Narik lah biar dapur ngebul! Mangkal di Rawamangun ato Casablanca? Rawamangun aje. Ada penumpang, ambil kagak? Ambil. Eh, bukan-nye bayar, malah kabur! Kejar atau biarin? Kejar! Teriak maling jangan? Teriak aje! Hampir ketangkep nih di jembatan, eh dia lompat! Ikut lompat atau biarin? Biarin aje, biar mampus loh!  
Apakah pertemuan Aku dan Abang adalah kebetulan? Aku melalui beberapa kejadian, sesuai dengan pilihannya sebelum akhirnya Aku memutuskan pergi ke Rawamangun. Abang juga demikian, dan akhirnya mereka bertemu dalam sebuah bajaj. Karena kita tahu jalan ceritanya, pertemuan Aku dan Abang itu kita ketahui sebagai sebuah sebab-akibat. Tiap kejadian ada sebabnya, yang akibatnya ditanggung oleh pelakunya.
Setiap manusia bebas dihadapkan pada pilihan yang tidak berhingga, seperti kisah fiktif Aku dan Abang di atas. Silahkan pilih apa yang anda mau. Makan? Minum? Berdiri? Duduk? Makan sambil berdiri? Teriak? Menyanyi? Lompat? Menyanyi sambil lompat-lompat? Ngupil? Tidur? Garuk-garuk? Pergi? Marah? Nelpon? Chatting? Nelpon teriak-teriak sambil ngupil dan lompat-lompat? Manjat tiang SUTET? Ngamuk? Banyak pilihan, tak terhingga jumlahnya, dari yang masuk akal, dipikir matang-matang, hingga yang tidak pakai rasio. Bingung menentukan pilihan? Bahkan saking bingungnya hingga tidak melakukan apa pun adalah sebuah pilihan.
6.973.738.433 orang manusia di dunia, masing-masing punya banyak pilihan sendiri yang tidak terbatas. Setiap pilihan manusia itu akan memicu timbulnya peristiwa di alam semesta. Ada sebuah teori dari orang pintar mengatakan begini, "Does the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?" ("Apakah kepakan sayap seekor kupu-kupu di Brasil menyulut angin ribut di Texas?"). Kepakan sayap kupu-kupu secara teori menyebabkan perubahan-perubahan sangat kecil dalam atmosfir bumi yang akhirnya mengubah jalur angin ribut (tornado) atau menunda, mempercepat bahkan mencegah terjadinya tornado di tempat lain. Inilah yang disebut "Butterfly Effect", atau efek kupu kupu, sebuah istilah dalam "Teori Chaos". Teori yang kusederhanakan seperti ini :  "hal yang rumit sebenarnya hanya hal-hal kecil teratur yang ditumpuk-tumpuk". Tidak ada yang kebetulan, kawan. Tidak ada kekacauan. Semua yang terjadi adalah akibat dari sesuatu.

Ribuan orang ini pasti punya jalan ceritanya sendiri hingga akhirnya mempertemukan mereka di jalan macet.
Dalam video games, permainan "bohong-bohongan" yang semakin mirip dengan dunia nyata (baik rupa, dunia, maupun kejadiannya), kita mengerti bahwa semua kejadian dalam video games itu tidak ada yang kebetulan. Dari start sampai finish, dari awal sampai akhir, pasti buatan seseorang. Semua kejadian dirancang oleh games developer-nya. Lantas bagaimana dengan kehidupan yang kita jalani ini?
Jika tidak ada yang kebetulan, jika semua hal sudah dirancang, jika masa depan sudah ada jalurnya, lantas siapa perancangnya? Siapa yang merancang jalan cerita untuk semua umat manusia, 7 milyar manusia yang masih hidup hingga saat ini, dan entah berapa milyar lainnya yang telah tiada? Dan siapa yang membuat panggung tempat manusia itu tinggal (langit, bumi, binatang, tumbuhan, yang kita tahu dan yang tidak kita ketahui)? Sebuah panggung dinamis yang selalu berubah?

Yang mulai mengerti,
Raqim


Referensi :
https://www.google.co.id/publicdata
http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_kupu-kupu
http://www.gamesradar.com/how-to-make-a-videogame-with-no-experience/

0 komentar:

Posting Komentar