Rabu, 26 Juni 2013

Keledai Menyanyi

Disinari sinar matahari pagi, rumput berbalut embun pagi bersinar seperti kilauan kaca. Lagi dan lagi keledai menggosok hidungnya di atasnya. Butiran air menggantung sebentar di hidung hitamnya yang besar dan kemudian menggelinding jatuh seperti kelereng. Badannya kurus, bahkan tulang-tulang iganya tampak menonjol keluar di sisi tubuhnya. Kakinya gemetaran hampir-hampir tidak bisa menyangga tubuhnya. Beberapa kali ia doyong hampir jatuh terlentang.
Pada kondisi inilah Pak Tani menemukannya, dan ia masih menjilat-jilat embun di rerumputan. Jelas sekali keledai ini pasti sakit atau kelaparan. Tetapi ia tidak mau makan tunas rumput yang lunak kesukaannya.
"Semua ini karena musik," kata keledai itu dengan sedih ketika Pak Tani menanyakan kenapa ia merana. "Semua ini untuk musik!"
"Musik?!" Pak Tani berseru keheranan. "Apa hubungannya musik dengan ini?"
"Yah, kamu tahu," jawab keledai. "Aku dengar si jangkrik bisa menyanyi dengan indah sehingga aku ingin bisa bernyanyi seindah mereka. Aku pikir sangat luar biasa jika aku bisa menghibur banyak penonton. Ketika aku tanya bagaimana bisa mereka melakukannya, jawabnya mereka hanya hidup dengan minum embun di rerumputan. Aku sudah tidak makan apa-apa sejak minggu lalu kecuali air embun. Aku sudah mau mati kelaparan. Tapi tetap saja aku hanya bisa meringkik!"
"Dasar kamu bodoh, keledai bodoh!" Pak Tani tertawa. Ia lalu membawakan keledai itu sekumpulan tunas tanaman, lalu berkata, "Kamu pikir jika saya hanya makan rumput lalu saya nantinya bisa meringkik?"    

Terjemah bebas dari : The Donkey Who Tried to Sing, Richards Topical Encyclopedia. 1951

Pesan dari cerita ini adalah : semua orang punya bakat dan kemampuan masing masing. Maksimalkan bakat terpendam yang kamu punya.
  

0 komentar:

Posting Komentar