Jumat, 07 Juni 2013

Mencari Kebenaran - Bag.2

Orangtua lebih berpengetahuan daripada anaknya. Bukan karena orang tua pasti lebih pintar dari anaknya, akan tetapi yang pasti orang tua sudah lebih dulu tinggal di dunia lebih lama dari sang anak. Mungkin orangtua sudah berumur 25 tahun menjalani kehidupan ketika anak pertamanya lahir dan melihat dunia untuk pertama kalinya.

Seorang anak secara naluriah akan mencari tempat berlindung. Bayi benar-benar menggantungkan dirinya pada orangtuanya. Ia membutuhkan makan, minum, tidur, kehangatan, dan kebersihan, sedangkan satu-satunya keterampilan yang ia bisa cuma menangis. Seiring pertumbuhan si anak, orang tua tidak hanya merawat memenuhi kebutuhan sang anak tapi akan mengajarkan apa yang ia ketahui tentang dunia kepadanya agar pada suatu saat nanti ia siap hidup mandiri. Siap untuk bertanggungjawab untuk dirinya sendiri. Siap jika suatu ketika orangtua sudah tidak bisa melindunginya lagi.

Si anak belajar dan mendapatkan pengajaran. Anak belajar pertama kali dari lingkungan terdekat, keluarga inti. Anak diajarkan untuk merawat diri sendiri, belajar makan minum yang benar, berpakaian yang benar, merawat diri dengan benar. Anak belajar mana "baik" dan "buruk". Mengompol di celana itu buruk, rajin menyikat gigi adalah baik, dan hal lainnya. Anak belajar apa yang dianggap "benar", "salah", "baik", "buruk" sesuai nilai-nilai yang dianut keluarga. Peraturan dan tata tertib dalam keluarga. 

Anak belajar "sebab" dan "akibat", "hak" dan "kewajiban", belajar "bertanggungjawab". Bermain-main pintu bisa terjepit. Berlari di lantai basah bisa terpeleset. Bersikap baik mendapat permen, berbuat nakal kena omel. Nilai ulangan baik mendapat hadiah, nilai ulangan buruk jam bermain dikurangi. Ia mulai belajar bertanggung jawab, minimal untuk dirinya sendiri.  

Selain pelajaran dari keluarga, anak akan belajar dari lingkungan. Belajar "benar" dan "salah", "baik" dan "buruk" dari lingkungannya. Ia belajar dari teman bermain, belajar dari tetangga, belajar dari sekolah. Ia belajar nilai-nilai dalam lingkungan, baik yang tertulis maupun tidak. Peraturan dan tata tertib kampung, tata tertib sekolah, bagaimana bersikap dalam bermain agar memiliki kawan.

Anak belajar dari sumber-sumber informasi non-formal : televisi, radio, internet, surat kabar, majalah dan lainnya. Sumber-sumber informasi tanpa harus berinteraksi langsung dengan orang lain. Mereka akan belajar dari sumber pengetahuan seluas yang bisa mereka jangkau. Mereka dengan mudah akan mengenal nilai-nilai lain, di luar nilai-nilai keluarga dan lingkungan. Pengetahuan tentang nilai-nilai dari seluruh dunia yang dahulu dibatasi oleh jarak dan waktu, sekarang bisa dijangkau dengan mudah dalam tayangan televisi dan browsing internet. 

Nilai-nilai dalam keluarga tentunya berbeda beda mengikut nilai yang dianut pemimpin keluarga. Nilai-nilai di lingkungan juga demikian mengikuti nilai yang diatur pemimpin lingkungan. Seringkali nilai-nilai dalam keluarga bertentangan dengan nilai-nilai lingkungan atau sebaliknya. Apalagi informasi yang diperoleh dari sumber-sumber radio, televisi, surat kabar, majalah, internet dan lainnya yang membawa nilai-nilai dari banyak lingkungan di seluruh belahan dunia, barat timur, agamis atheis, tertutup terbuka.

Ketika beranjak dewasa, maka seseorang akan bisa memilih dan memilah sendiri "benar-salah" dan "baik-buruk". Apalagi jika dia memiliki kebebasan untuk melakukannya. Misalkan seorang yang memiliki paham hedonis (kesenangan adalah segalanya) tentu merasa dibatasi ketika ia tinggal di lingkungan agamis yang membatasi tingkah laku dengan norma-norma. Yang dahulu "benar" berdasarkan aturan orangtua, bisa saja sekarang diyakini "salah". Yang dahulu dianggap "buruk" mungkin sekarang "baik". Seorang dewasa memiliki kemampuan untuk menetapkan standar "baik-buruk" "benar- salah"nya masing masing, dan menyadari konsekuensinya.

Latar belakang dan masa lalu seseorang tentu akan mempengaruhinya di masa dewasa. Pelajaran dan pengalaman selama hidup akan mempengaruhi keputusan dan tindakannya di masa mendatang.
Jika anak-anak hidup dengan kritik, mereka belajar untuk mengutuk.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, mereka belajar untuk berkelahi.
Jika anak-anak hidup dengan ketakutan, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
Jika anak-anak hidup dengan ejekan, mereka belajar untuk merasa malu.
Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri.
Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, mereka belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian, mereka belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, mereka belajar untuk mencintai.
Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar untuk menyukai diri mereka sendiri.
Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bahwa sangatlah baik kalau memiliki tujuan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar kebenaran.
Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan kebaikan dan pertimbangan, mereka belajar menghargai.
Jika anak-anak hidup dengan rasa aman, mereka belajar untuk percaya pada diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar bahwa dunia adalah tempat yang indah untuk hidup.
Children Learn What They Live, Dorothy Law Nolte, Ph.D.
Hak Cipta © 1972 oleh Dorothy Law Nolte
Sedikit atau banyak pendidikan mempengaruhi kita. Tapi apa pun yang terjadi di masa lalu, kita hidup di saat ini, sekarang. Percuma menyesali masa lalu yang tak akan kembali. Ambil yang "baik", buang yang "buruk", yakini yang "benar", hindari yang "salah". Tentukan apa "baik", "buruk", "benar", "salah", mulai dari sekarang. 
Lantas apa yang "baik"? Apa yang "buruk"? Mana yang "benar"? Mana yang "salah"? 
Mandiri lah dalam pemikiran. Mandiri dalam berpikir, menentukan nasib dan sikap sendiri adalah kebebasan orang merdeka, kemerdekaan bagi seorang budak, tahap kedewasaan dari seorang anak,  Pikirkan lagi konsep "baik", "buruk", "benar", "salah" yang kita pelajari. Tentukan apa "baik", "buruk", "benar", "salah", mulai dari sekarang. Ambil yang "baik", buang yang "buruk", yakini yang "benar", hindari yang "salah". Jangan menjadi anak-anak selamanya, menerima apa saja yang disodorkan tanpa mempertanyakan, melakukan tanpa keyakinan.
Mari dimulai sejak saat ini untuk menetapkan sendiri "baik", "buruk", "benar", "salah" versi anda sendiri. Carilah sejauh pengetahuan anda mampu menjangkaunya, dan akal anda mampu menerimanya. Silahkan pelajari "baik", "buruk", "benar", "salah" versi banyak orang. Dan saya akan mulai bercerita tentang "kebenaran" versi saya, jika anda berkenan menyimaknya.

Referensi :http://en.wikipedia.org/wiki/Parenting
http://indonesian-english.com/blog/puisi-pendidikan-anak

Gambar dari :
http://karenswhimsy.com

0 komentar:

Posting Komentar